Miris, Dedi Mulyadi Soroti Mental Miskin Warga Jawa Barat Semakin Menjadi-jadi

Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi miris dengan kondisi warga yang banyak mengaku miskin untuk mendapat bantuan.-Tangkapan Layar-Youtube @BantenHay
BACA JUGA:Sebagian Besar Zakat Fitrah Disalurkan ke Wilayah Dimana Zakat itu Dikumpulkan
Hal tersebut bisa dicontohkan ketika measuki lebaran, setiap keluarga akan memberikan makanan kepada keluarga lain dan begitu juga sebaliknya.
"Zaman dulu ketika mau lebaran (Tradisi Nganteuran), minimal masakan berupa ikan masih bisa dimasak dan diberikan kepada tetangga," ungkapnya dikutip radarcirebon.com, Senin 31 Maret 2025.
Oleh karena itu, Dedi Mulyadi merasa miris ketika melihat sekarang ini, banyak orang tidak lagi malu mengaku orang miskin dengan harapan mendapat bantuan.
Sebagai informasi, penduduk miskin di Jawa Barat menurun sekitar 180.000 orang, dari asalnya tercatat 3,85 juta pada Maret 2024 menjadi 3,67 juta pada September 2024 atau menurun sebesar 0,38 persen.
BACA JUGA:Terkendala Cuaca, Ratusan Warga Griya Caraka Shalat Idulfitri di Masjid
Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Darwis Sitorus saat konferensi pers di Aula Kantor BPS Provinsi Jawa Barat di Jalan PHH Mustofa, Kota Bandung, Rabu 15 Januari 2025.
Kondisi ekonomi makro yang cenderung positif menjadi faktor penurunan angka kemiskinan.
Inflasi yang cukup terkendali dan pertumbuhan ekonomi triwulan III/2024 yang tumbuh sebesar 2,59 persen dibanding triwulan I/2024 menjadi indikator turunnya kemiskinan.
Indikator lainnya adalah tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus 2024 juga menurun sebesar 0,16 persen dibanding Februari 2024.
"Penurunan angka kemiskinan selain diakibatkan kondisi ekonomi makro yang membaik, juga adanya berbagai program bantuan untuk masyarakat dari pemerintah," ujar Darwis Sitorus.
Untuk mengukur garis kemiskinan (GK), BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Dengan pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan. Kemudian diukur dengan menggunakan garis kemiskinan.
"Garis kemiskinan September 2024 sebesar Rp535.509 per kapita per bulan, dan GK naik 2,19 persen dibandingkan Maret 2024. Komoditas makanan menyumbang 74,72 persen terhadap garis kemiskinan September 2024," jelas Darwis.
Di perkotaan komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar terhadap garis kemiskinan di daerah perkotaan yaitu beras sebesar 22,08 persen, rokok kretek filter sebesar 12,09 persen dan daging ayam ras sebesar 5,36 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: