6 Penyebab Orang Selingkuh Berulang Kali, Ternyata Ada Unsur Ini Dalam Otaknya

Ilustrasi foto selingkuh.-pexels.com -
2. Ketergantungan pada Dopamin: Selingkuh Bisa Jadi Kecanduan
Dopamin adalah neurotransmitter di otak yang berkaitan dengan sistem reward (penghargaan) dan rasa senang.
Setiap kali seseorang mengalami pengalaman menyenangkan—seperti jatuh cinta, seks, atau bahkan pujian—otak akan melepaskan dopamin. Semakin tinggi lonjakan dopamin, semakin besar rasa senangnya.
BACA JUGA:Jaran Lumping Walahar Cirebon Masuk Nominasi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO
BACA JUGA:Ono Surono Ditegur Warga Cirebon Timur saat Cek Jalan Rusak: Ah, Kelamaan Pak Ono!
Masalahnya, selingkuh sering kali memicu lonjakan dopamin yang lebih tinggi daripada hubungan yang stabil. Kenapa? Karena unsur ketegangan, rahasia, dan “larangan” justru membuat otak bekerja lebih aktif.
Otak bisa mengasosiasikan perselingkuhan sebagai sumber kebahagiaan, dan lambat laun, hal ini menciptakan pola adiktif seperti orang yang kecanduan narkoba atau judi. Mereka tahu itu salah, tapi otaknya menuntut sensasi itu lagi dan lagi.
3. Lemahnya Fungsi Prefrontal Cortex: Kurangnya Pengendalian Diri
Prefrontal cortex adalah bagian otak yang mengatur pengambilan keputusan, pengendalian impuls, dan perencanaan masa depan. Orang dengan fungsi prefrontal cortex yang lemah cenderung bertindak impulsif, kurang mampu mempertimbangkan akibat dari tindakannya, dan sulit menahan godaan.
BACA JUGA:Kebakaran Minggu Sore di Kaliwulu Cirebon, Tumpukan Kayu Bahan Mebel Dilalap Api
BACA JUGA:Kebakaran Pabrik Kerupuk Kulit di Cirebon, Api Menyambar saat Karyawan Panaskan Wajan
Ketika dihadapkan pada kesempatan selingkuh, orang dengan kontrol impuls yang lemah lebih rentan mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. Mereka bisa menyesal setelahnya, tapi saat itu terjadi, dorongan sesaat lebih kuat daripada logika. Jika pola ini berulang, maka selingkuh menjadi bagian dari respons otomatis yang sulit dihentikan.
4. Luka Emosional dan Pola Hubungan Tidak Sehat dari Masa Lalu
Banyak orang membawa luka emosional dari masa kecil atau hubungan sebelumnya—misalnya, ditinggal, diabaikan, atau dibesarkan dalam lingkungan yang tidak stabil. Otak mereka terbiasa dengan dinamika cinta yang penuh konflik, ketidakpastian, atau bahkan rasa takut ditolak.
Ketika berada dalam hubungan yang sehat dan stabil, mereka merasa asing atau tidak nyaman. Tanpa sadar, mereka mencari “kerusakan” untuk mengulangi pola yang sudah tertanam di otak sejak lama. Perselingkuhan menjadi cara otak untuk kembali pada zona nyaman—walau menyakitkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: