Konsumen 12 Kg Beralih, Elpiji 3 Kg Mulai Sulit
CIREBON - Sejak harga elpiji 12 Kg resmi naik pada Rabu (10/9), banyak warga mulai beralih dan berburu gas subsidi ukuran 3 Kg. Dampaknya, konsumen elpiji 3 Kg bertambah banyak, sementara pasokan tidak bertambah. Taufik (42), salah satu pemilik warung yang menjual gas elpiji 3 Kg di Kesambi, Kota Cirebon. Taufik mengaku, sejak gas elpiji 12 kilogram naik, pasokan gas 3 kilogram berkurang. \"Sudah dua minggu belum dikirim lagi. Biasanya satu minggu dikirim dua kali,\" ujarnya kepada Radar, kemarin (11/9). Untuk harga, Taufik mengaku 1 tabung gas elpiji 3 Kg dijual Rp18 ribu. Jika pasokannya banyak, ia kadang menjual 1 tabung Rp14 ribu. \"Pernah setelah lebaran pasokan banyak dari agennya. Saya jual waktu itu Rp14 ribu. Nah, kalau sekarang belum tahu bakal naik apa nggak, stoknya mulai berkurang, agak sulit nih,\" ungkapnya. Sementara itu, Eni (37), warga Jagasatru, Kota Cirebon mengaku kerepotan dengan naiknya harga gas 12 Kg. Ia juga mengaku khawatir gas 3 Kg akan langka karena permintaan semakin meningkat. \"Pasti pada lari ke gas 3 Kg. Saya beli di warung aja tinggal sedikit stoknya, takut langka lagi,\" katanya. Dampak lain dari kenaikan harga gas elpiji 12 Kg adalah konsumen beralih ke gas 3 Kg. \"Harga elpiji seberat 12 Kg sudah naik, saya beralih ke elpiji 3 Kg karena harganya lebih murah,\" kata Soleha, salah seorang warga lainnya. Soleha mengatakan, dirinya sengaja memakai elpiji ukuran 12 Kg karena dinilai lebih ekonomis, dibandingkan elpiji seberat 3 Kg. Salah satu keuntungan lainnya yakni tidak perlu bolak-balik untuk membeli elpiji ke toko. Ketika elpiji 12 Kg naik, dirinya terpaksa memakai elpiji melon, walaupun harus bolak-balik ke toko. \"Kalau pakai yang 12 Kg udah bawanya berat, mahal lagi,\" paparnya. Petugas Administratif salah satu agen gas 3 Kg di Jl Drajat, Kota Cirebon, Herman (45) mengaku sejak kenaikan gas 12 Kg, permintaan gas 3 Kg di tingkat pengecer memang sudah dirasakan. \"Sekarang harga yang 12 Kg sudah mahal. Jika dibandingkan dengan yang 3 Kg bisa untuk membeli 4 tabung, sehingga banyak yang beralih ke elpiji kecil ini,\" ujarnya. Herman mengaku tidak bisa memberi tambahan jatah pasokan elpiji 3 Kg ke para pengecer. \"Karena sudah dibagi sesuai pasokan Pertamina serta dijadwal,\" jelasnya. Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Kota Cirebon, H Syarif SSos MM mengatakan, untuk pengawasan distributor elpiji berada dalam tanggung jawab Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Hal ini mengingat usaha mereka diberikan izin atas dasar terbitnya SIUP TDP. \"Jadi kalau ada distributor elpiji, agen dan juga pangkalan yang menjual gas 3 Kg ke industri menengah, maka bisa dicabuut SIUP TDP-nya,\" ujarnya. Hanya saja, kata dia, untuk para pelaku industri seperti Rumah Makan atau Hotel dan lainnya, pencabutan izin usaha tidak bisa dilakukan oleh Indag. Hal itu hanya bisa dilakukan oleh Dinas Pariwisata yang memberikan izin usaha untuk rumah makan. Menanggapi adanya ekses mengenai kenaikan, Syarif menyebutkan hal itu bisa berpotensi jumlah pemakai elpiji bersubsidi 3 Kg semakin bertambah banyak. Karena para konsumen gas 12 Kg bisa beralih atas adanya kenaikan itu. \"Untuk pengawasan ke rumah makan, kita akan coba membahasnya dengan tim bersama pemerintah, hiswanamigas dan pertamina,\" sebutnya. Sama dengan Kota Cirebon, di Kabupaten Cirebon pun warga khawatir gas elpiji 3 Kg langka. Oleh karena itu, Pemkab Cirebon melalui Kepala Bagian Perekonomian Drs H Sudarjo Adam MSi akan bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) untuk bersama-sama mengawasi jalannya penjualan gas subsidi (3 kg). Diungkapkannya, jika ada pedagang atau distributor yang dengan sengaja menjual bebas harga gas melon terhadap pelaku industri menengah ke atas maupun masyarakat menengah ke atas, maka pihaknya akan memberi sanksi dan meelaporkan kepada Pertamina maupun Hiswana Migas agar distributor dan pedagang tersebut tidak mendapat jatah lagi. \"Kami dengan Disperindag akan mengawasi gas melon, gas subsidi ini sudah semestinya diperuntukan bagi masyarakat menengah ke bawah,\" ungkapnya. Sementara itu, berdasarkan pantauan Radar di sejumlah agen maupun pengecer, stok gas melon masih relatif stabil. Bahkan harganya pun masih normal. \"Harga masih normal, saya jual gas melon masih Rp18 ribu, kalau belanja ke agen sih Rp14.400. Gas 3 kg juga stoknya masih stabil,\" tutur Rahayu pedagang gas eceran. Untuk sementara ini, pihaknya pun belum menemukan konsumen yang beralih untuk menggunakan gas melon. \"Kalau sekarang belum ada, mungkin nanti kali ya dirasakannya setelah seminggu,\" tukasnya. Terpisah, warga Desa Sindangjawa Kecamatan Dukupuntang, Desi Rachmawati pun mengaku bahwa stok gas melon masih aman dan stabil. \"Saya beli gas masih aman, banyak malah. Ya mungkin nanti kali ya, setelah beberapa hari ke depan,\" katanya. (mik/jml/via)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: