PD Pasar Kurang Kreatif

PD Pasar Kurang Kreatif

Jalan di Tempat dan Tak Punya Terobosan KEJAKSAN - Runyamnya persoalan pasar Perumnas yang melibatkan pedagang dengan Satpam Pasar karena pedagang memboikot bayar retribusi terus menuai sorotan. Bahkan tidak sedikit yang menganggap persoalan ini akibat tidak tegasnya direktur PD Pasar. Anggota Komisi A, Cecep Suhardiman SH menganggap munculnya penolakan dari pedagang bayar retribusi akibat tidak jelasnya pihak pengelola pasar dalam hal ini PD Pasar menyelesaikan permasalahan tersebut. Seharusnya jika sejak awal tanggap, persoalan ini tidak sampai berlarut-larut. Menurut Cecep, filosofis dibentuknya PD Pasar sebagai perusahaan daerah supaya bisa leluasa dan luwes dalam mengelola perusahaan dan tidak terlalu bergantung kepada APBD. Berbeda dengan OPD yang segala sesuatunya selalu bergantung dengan APBD. “Anggaran Rp1,4 miliar itu sebenarnya bisa saja digelar sesuai kebutuhan, bukan malah menahan anggaran itu yang pada akhirnya muncul persoalan seperti sekarang ini,” katanya. Pihaknya mendesak PD Pasar untuk lebih kreatif dengan mencari terobosan baru, jangan terlalu bergantung kepada suntikan anggaran APBD. Karena mereka dibentuk supaya memiliki kebebasan berinovasi. Kesannya saat ini PD Pasar jalan di tempat dan tidak punya terobosan yang signifikan. Sementara itu pengurus Partai Demokrat, Umar Stanis Clau menganggap persoalan pasar Perumnas akibat lemahnya perencanaan sejak awal. Karena sejak insiden kebakaran, langkah utama yang harus dilakukan adalah menyelamatkan pedagang dari ketiadaan tempat  mereka berjualan. Pedagang, kata Umar, ingin mendapatkan kepastian tempat usahanya diperbaiki, jangan malah muncul pro kontra seperti sekarang ini. Kalau memang membutuhkan investor, mesti segera diambil keputusan, jangan sampai pedagang malah  dibuat tidak jelas tempat berdagangnya. “Pemerintah juga memiliki tanggung jawab dengan memberikan kepastian, termasuk ekspos pembangunan pasar harus jelas. PD Pasar jangan malah asyik meributkan retribusi. Pedagang yang mogok bayar retribusi akibat aspirasi mereka tidak ditangani segera dan itu sifatnya luapan emosi,” tegasnya. Umar menganggap permintaan pedagang sebagai sesuatu yang wajar, namun retribusi juga melekat dari aktivitas jual beli. Solusinya saat ini jangan berpolemik dana investor atau dana dari pemerintah, karena pedagang menanti kepastian pergantian tempat berjualan. (abd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: