Investor Pilih Wait and See

Investor Pilih Wait and See

Pemilik Saham Hindari Komoditas Perminyakan CIREBON - Rupiah melemah menimbulkan efek domino di berbagai sektor. Tak terkecuali pasar saham yang terhitung sepi sejak nilai rupiah terus menurun. Bahkan per 16 Desember kemarin, rupiah berada di angka Rp12.900 nyaris Rp13.000. Bagaimana strategi perusahaan securitas untuk meyakinkan para investor? Ditemui Radar Cirebon, Branch Manager PT Trimegah Securitas Cirebon, Ariffianto mengungkapkan, kondisi ini memang sangat berpengaruh pada transaksi saham. Nilai rupiah saat ini terbilang paling tinggi sejak awal tahun 2014, setidaknya sepekan ini melemahnya rupiah juga berimbas pada turunnya nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). “Saat ini fokus kami pada pergerakan rupiah. Hari Selasa BI sempat melakukan intervensi untuk menjaga nilai rupiah dan hasilnya cukup terasa, nilai rupiah menguat menjadi Rp12.700 jelang penutupan dari Rp12.900,” ungkapnya Rabu (17/12). Saat ini, katanya, investor termasuk di Cirebon memilih wait and see perkembangan yang terjadi. Aksi ini dinilai aman untuk tetap memantau harga saham sambil menunggu rupiah kembali menguat. Sebenarnya tren ini sudah menjadi siklus yang selalu berulang. Bedanya, kali ini merosotnya rupiah cukup tajam terhitung sejak kenaikan BBM tahun lalu. “Antisipasi kami lebih mengarah untuk menghindari industri yang domestic oriented. Di dalamnya, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti perusahaan tidak punya utang dolar besar serta tidak banyak impor, sebab ini akan berdampak pada beban keuangan menjadi lebih berat, sementara keuntungan perusahaan lebih kecil,” kata dia. Secara nasional, transaksi Bursa Efek Indonesia (BEI) belakangan ini sepi. Alat ukurnya bisa dilihat dari jumlah transaksi per hari BEI. Dalam kondisi normal, BEI dapat mencatat transaksi Rp6 triliun per hari, sedangkan per 17 Desember pukul 14.00 (penutupan pukul 16.00) baru tercatat Rp2,3 triliun. Angka itu bahkan tidak menembus setengah transaksi dalam setengah hari. Diprediksi kondisi ini berlangsung hingga akhir tahun 2014. Saham apa yang aman untuk kondisi ini? Jawabnya, pertama ialah beberapa saham terkait kebijakan pemerintah soal perbaikan infrastruktur tahun depan seperti Waskita, Wijaya Karya dan Adhikarya. Perbankan termasuk aman, sebab untuk infrastruktur butuh sokongan dana, salah satunya dari perbankan. Saham yang perlu dihindari sementara waktu oleh investor antara lain perusahaan yang bergerak di komoditas batubara, kelapa sawit dan perminyakan, karena di luar negeri komoditas itu terus merosot. “Indutri konsumer juga termasuk aman dan minim dampak seperti Indofood dan Unilever. Sebenarnya, investor hanya butuh kestabilan nilai rupiah, karena terlalu rendah atau terlalu tinggi juga nggak bagus,” tutupnya. (tta)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: