Kaum Muda Desa Benda Gemari Cocok Tanam

Kaum Muda Desa Benda Gemari Cocok Tanam

KUNINGAN – Pemandangan menarik dapat dilihat di Desa Benda Kecamatan Luragung. Kaum muda yang biasanya tidak melirik lagi sektor pertanian, justru malah sebaliknya. Lewat Kelompok Tani Muda Vandita Makmur, kaum muda di desa tersebut menunjukkan peranannya dalam aktivitas bercocok tanam. Akhir pekan kemarin, mereka menjadi pelopor penanaman cabai dan tomat di atas lahan seluas 500 bata (1 bata= 14 meter persegi). Kegiatan itu dihadiri para pejabat penting mulai dari Ketua DPRD Rana Suparman SSos dan Kepala BP4K (Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan) Ir Hj Triastanami. Tampak hadir pula pejabat dari BP3K Luragung dan UPTD Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan (Distanakan) Luragung. “Saya sangat mengapresiasi aktivitas ini. Pada saat pertanian digandrungi kelompok tua seperti birokrat yang pensiun atau mantan anggota dewan, justru di Benda malah generasi muda yang tampak menonjol,” tutur Rana di sela penanaman cabai. Keterlibatan pemuda dalam Poktan Vandita Makmur yang dipelopori oleh Karang Taruna Desa Benda, kata Rana, membuat kepercayaan diri timbul bahwa kemandirian sektor pertanian di Kuningan bangkit. “Kalau melihat variable kehidupan, orang dalam mem­­pertahankan hidupnya itu terbagi-bagi dalam rizki yang berbeda-beda. Ada yang pegawai kantoran atau PNS, ada yang jualan di pasar, ada yang dari hutan, dari sawah dan juga dari laut. Komunitas tersebut lebih cenderung kompleks dimana berbagai generasi ada di dalamnya. Tapi sektor pertanian justru lebih didominasi kaum tua,” papar politisi asal PDIP tersebut. Poktan Vandita Makmur, sambungnya, mencoba untuk membangun keseimbangan antara kaum tua dan muda. Karena jika sektor pertanian hanya digandrungi kelompok tua saja, regenerasi bisa terputus. Tak heran dalam gerakan penanaman itu, Rana menitikberatkan kepada generasi muda Desa Benda untuk berpegang teguh pada pola keseimbangan yang diwariskan oleh para leluhur. “Pola keseimbangan alam tersebut konsepnya sangat sederhana tapi itu yang dibutuh­kan alam. Diantaranya, Gunungna kaian, gawirna awian, cinyusuna rumateun, pasirna talunan, sampalana kebonan, datarana sawahan, leubakna caian, legokna balongan, situna pulasaraeun, walungana rawateun, basisirna jagaeun jeung lemburna uruseun,” terang pria yang kebetulan menjabat Ketua Paguyuban Pasundan Kuningan itu. Kalau hal itu sudah terpriori­taskan, lanjutnya, maka akan ketemu dengan Gemah Ripah Loh Jinawi Tata tentreum kertaraharja. Karena dari dasar itulah aspek pembangunan dirumuskan sehingga keseimbangan alam bisa terbangun. Menurut Rana, ini semua adalah PR bagi seluruh elemen masyarakat Kabupaten Kuningan. Itulah, imbuh dia, konsep konservasi di Kuningan agar keseimbangan terjaga dari generasi ke generasi. “Jangan sampai nanti generasi muda nyawang alam ka tukang jeung nyoreang alam nu bakal datang beda. Alam katukang sakitu endahna paleumburan teh, jeung alam nu bakal datang panggih jeung tunggarana,” tukas Rana. (ded)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: