Perjalanan Umrah Darul Falah Tour (8)
Hari Terakhir di Mekkah, Kangen Madinah, Umrah Berkali-kali Berakhir sudah perjalanan ibadah umrah rombongan Darul Falah Tour, Minggu (8/3). Kami kembali ke Indonesia dengan penuh suka cita dan berharap dapat kembali ke tanah suci untuk memenuhi panggilan Allah SWT di lain waktu. Insya Allah, kami bisa kembali berkumpul dengan keluarga tercinta di kampung halaman hari ini, Senin (9/3). KHOLIL IBRAHIM, Mekkah MENYENANGKAN. Begitulah perasaan para jamaah umrah selama menunaikan ibadah umrah di tanah suci. Baik ketika di Madinah Al Munawaroh maupun saat berada di Mekkah Muharomah. Bahkan, ketika baru beberapa hari di Kota Mekkah, sebagian jamaah sudah rindu ingin kembali ke Madinah. Kembali bersujud dan menunaikan serangkaian ibadah di Masjid Nabawi yang nyaman, ziarah ke makam Rasulullah SAW dan berdoa di Raudhah. Saat perjalanan pulang ke tanah air pun demikian. Rombongan masih ingin terus melanjutkan ibadah di Mekkah, salat, mengaji, dzikir, itikaf dan berdoa di Masjidil Haram atau Tawaf di Kabah. “Pengennya sih terus disini. Tapi programya sudah habis, nggak terasa,” ucap Hj Arofah Halim, jamaah asal Griya Asri, Pekandangan yang umrah bersama suami H Basuki Rachmat serta kedua putranya Zainal Fahrudin dan Taufik Rachman. Ya, program 12 hari (2 hari diperjalanan berangkat dan pulang, red) memang terasa singkat. Karena itu hari-hari terakhir di Kota Mekkah, jamaah mengoptimalkan ibadah dengan melaksanakan ibadah umrah berkali-kali. Fardu umrah memang satu kali, namun sunah umrah dapat dilakukan berkali-kali. Tak heran, ada beberapa jamaah yang bisa menunaikan umrah tiga hingga enam kali dengan mengambil Miqot di Masjid Tan’im atau Masjid Siti Aisyah yang jaraknya hanya sekitar tujuh kilometer dari Masjidil Haram. “Mumpung masih di Mekkah, ibadah umrah jangan sampai kelewat. Terus selagi kita mampu biar afdol,” kata H Khariri Radi, jamaah asal Margadadi didampingi istrinya, Hj Tenengsih. Selain umrah, penyelenggara Darul Falah Tour juga kembali mengajak jamaah untuk city tour, Sabtu (7/3). Kami kembali diajak jalan-jalan ke Pasar Balad, Makam Siti Hawa dan Masjid Terapung di tepi Laut Merah. Di Pasar Balad, Jedah, yang merupakan pusat penjualan oleh-oleh, jamaah bisa mendapatkan bermacam buah tangan untuk dibawa pulang. Mulai dari produk fashion, parfum, aneka coklat, kurma, kacang arab, tasbih dan masih banyak lagi. Di tempat ini para penjualnya juga lancar ngomong bahasa Indonesia. Puas shopping, rombongan balik lagi ke hotel untuk persiapan pulang ke tanah air. Sebelum pemberangkatan atau Minggu (8/3) sekitar pukul 04.00 dini hari waktu setempat, kami melaksanakan Tawaf Wada atau Tawaf perpisahan lantas menuju ke Bandara Internasional King Abdul Aziz. Selanjutnya terbang ke Dubai menggunakan pesawat Emirates Airline. Dari sana baru ke bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Kami merasa bersyukur dapat memenuhi panggilan menunaikan ibadah umrah. Lebih beruntung lagi, niat ibadah ke tanah suci didampingi dan dibimbing langsung oleh KH Syairozi Bilal, penyelenggara umrah Darul Falah Tour. Peran pembimbing sangat vital dalam menentukan terlaksananya rukun wajib dan sunahnya ibadah umrah. Apalagi bagi yang baru pertama kali berangkat ke tanah suci. Pembimbing bisa menjadi tempat bertanya, meminta saran hal-hal yang tidak diketahui, lupa atau yang sulit dipahami para jamaah selama menunaikan ibadah umrah. Demi lancarnya pelaksanaan ibadah umrah, pembimbing dituntut untuk mendampingi, menjaga dan menyelesaikan bermacam-macam persoalan yang dialami oleh masing-masing jamaah. Tanggungjawabnya sangat besar. Itulah tugas dan peran KH Syairozi Bilal selama mendampingi keberangkatan dari tanah air, tiba di Kota Madinah berlanjut ke Kota Mekkah. Pria setengah baya ini selalu on time bila ada jamaah yang mengalami kesulitan. Sabar dalam menghadapi bermacam karakter serta watak jamaah yang kadang sulit diatur, tidak tepat waktu, tersesat saat pulang dari masjid atau ada pula yang seenaknya sendiri pergi tanpa pemberitahuan. Bukan disengaja, tapi karena ingatannya mulai termakan usia. Ya, dari sebanyak 77 jamaah Darul Falah Tour sekitar 20 persennya sudah lanjut usia. Umurnya di atas 60 tahun. Dari 20 persen itu setengahnya berangkat umrah tidak bersama anggota keluarga lainnya alias sendiri. Beberapa diantara jamaah manula ini ada yang mengalami sakit sejak tiba di Kota Madinah. Tugas KH Syairozi Bilal pun bertambah menjadi dokter, perawat, sekaligus orang tua yang menjaga anaknya selama sakit sampai sembuh. “Ini didasari karena rasa tanggung jawab,” ucap dia. Bapak tujuh orang anak ini sadar betul, memberikan pelayanan, kenyamanan sekaligus perhatian terhadap keselamatan jamaah adalah kewajiban yang harus dijalankan. Ditempa pengalaman mendampingi jamaah umrah ke tanah suci, Syairozi Bilal mafhum risiko yang harus dihadapi. Semoga kami bisa kembali ke tanah suci suatu saat nanti untuk mengobati rasa rindu yang sudah terasa sejak berada di Mekkah. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: