Mario Protes Tak Jadi Menkokesra

Mario Protes Tak Jadi Menkokesra

Terancam 1 Tahun Penjara, GM dan Petugas Keamanan Bandara SSK II Kena Sanksi PEKANBARU- Tak mudah untuk bisa masuk ke dalam pesawat tanpa melewati scranning petugas. Penumpang, atau pilot sekalipun yang akan menerbangkan sebuah pesawat harus melewati scranning, mulai pintu masuk hingga diizinkan masuk ke pesawat. Tapi itulah yang dilakukan Mario Steven Ambarita (21). Dia masuk roda pesawat Garuda Indonesia GA177, jenis Boing 737-800 tanpa ketahuan petugas Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru, Selasa (8/4). Aksi Mario tentu bikin heboh. Putra sulung dari pasangan Manahan Ambarita (62)dan Tiar Sitanggang (48), warga Kepenghuluan Baganbatu, Kecamatan Bagansinembah, Kabupaten Rohil, Riau, itu mendadak tenar. Dia kini menjadi bahan pemberitaan berbagai media massa, cetak maupun elektronik. Aksi itu membuat gusar kedua orang tuanya. Tiar dan Manahan yang dihubungi Riau Pos (Radar Cirebon Group), Rabu (8/7), menceritakan Mario meninggalkan rumah sejak Selasa (31/1) pekan lalu dengan tujuan mencari pekerjaan di Pekanbaru. Sejak saat itu tak pernah ada kabar dari Mario. Baik Manahan maupun Tiar baru tau kalau putra sulungnya itu sudah berada di Jakarta lewat media. “Awalnya kami tidak percaya kalau itu Mario. Tapi setelah kami lihat beberapa kali, baru kami yakin kalau itu anak kami. Kami sekeluarga terkejut, sangat kaget, dia senekat itu. Kalau tahu dia mau ke Jakarta pasti tidak kami bolehkan dia pergi dari rumah saat itu,” ujar Manahan. Diakuinya, anaknya memang sangat mengagumi sosok Presiden RI Joko Widodo. “Dia itu memang mengagumi Jokowi. Bahkan saat masa kampanye dia itu merupakan simpatisan Jokowi. Dia itu sangat marah kalau ada yang menjelek-jelekkan Jokowi. Bisa jadi juga karena kekagumannya itu yang membuat dia nekat ke Jakarta naik di roda pesawat ingin bertemu Presiden Jokowi,” ungkap mereka. TERANCAM PENJARA Sementara itu, proses investigasi terus berjalan. Dari penyidikan sementara, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berhasil mengorek informasi terkait motif Mario. Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Darat Kemenhub Suprasetyo mengungkapkan bahwa aksi Mario ini telah direncakana sejak lama. Ia berlatih selama kurang lebih satu tahun untuk bisa menyusup ke dalam space roda pesawat. Untuk memuluskan aksinya, dia juga mempelajari seluruh jadwal pesawat yang bertolak dari Pekanbaru menuju Jakarta. Dalam pemeriksaan, Mario juga sudah mengaku ingin menyam­paikan protes kepada Joko­wi karena tidak diangkat men­jadi Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Men­kokesra). “Pasti, nanti akan meng­arah ke sana, ada tes kejiwa­an,” ujar pria yang akrab disapa Pras dalam jumpa pers di Kemenhub, Jakarta, Rabu (8/4). Pras juga mengatakan, apa yang diungkapkan Mario terkait tujuannya ke Jakarta untuk protes ke Jokowi terasa aneh. “Ya kalian (wartawan, red) kalau dengar apa alasan yang disampaikan kepada kami saat pemeriksaan tentu mengira dia orang yang aneh. Dia mau protes ke Pak Jokowi karena tidak diangkat menjadi Menkokesra,” ungkapnya. Aksinya di Bandara SSK II disebutnya bukan yang pertama. Sebelumnya, dia pernah mencoba aksi nekatnya di Bandara Kualanamu, Medan, pada 19 Maret 2015. Tapi, aksi itu gagal. Dia tidak berhasil menyusup masuk ke bandara karena pengamanan di lokasi sangat ketat. “Dan akhirnya dipilihlah Bandara SSK II, Pekanbaru. Dia telah meneliti selama seminggu sebelum melakukan hal itu,” jelas Pras. Atas perilaku nekatnya, Mario dinyatakan melanggar Undang-undang penerbangan nomor 1 tahun 2009. Dia melanggar pasal 344 junto 435 karena masuk daerah keamanan terbatas tanpa izin dan membahayakan keamanan. Mario pun terancam hukuman kurungan satu tahun penjara dan denda sebesar Rp500 juta. Tak hanya nasib Mario yang te­ngah di ujung tanduk. Kemen­hub juga bakal memberi sanksi kepada Pihak Bandara SSK II karena kelalaiannya menjaga keamanan bandara. Pras me­ngatakan, pihaknya telah mela­kukan pertemuan dengan Angkasa Pura II dan menyam­paikan hal itu. “Kami minta untuk memberikan sanksi. Sanksinya berupa rotasi General Manager (GM) dan petugas keamanan di SSK II,” tegas Pras. Direktur Keamanan Pener­bangan Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub, Yurlis Hasibuan menambahkan, akan ada tim khusus yang dibentuk untuk melakukan audit SSK II. Audit ini akan dilakukan hingga Sabtu (11/4) mendatang. Setelahnya, akan diputuskan lebih lanjut terkait sanksi bagi pihak bandara. “Audit ini pun untuk memastikan prosedur keamanan bandara telah terpenuhi,” tambahnya. Sementara itu Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Budi Karya Sumadi mengaku kecolongan atas aksi nekat Mario dari bandara Sutan Sjarief Kasim II Pekanbaru Riau. Untuk itu pihaknya akan melakukan perbaikan-perbaikan terkait pengamanan di bandara.”Iya kita akui kecolongan, awalnya memang karena dia lolos di bandara,” ujarnya. Sebenarnya, kata Budi, pengamanan di Bandara SSK II termasuk cukup ketat. Pasalnya bandara SSK II berada satu wilayah dengan Lapangan Udara TNI AU Roesmin Nurjadin. Bandara ini menjadi fasilitas militer untuk skadron F-16 dan Hawk 100/200. “Seharusnya pengamanan disitu sangat ketat. Tapi ini mungkin jadi pelajaran buat kita,” sebutnya. Dia menduga Mario bisa masuk ke landasan pacu karena ada celah di pagar luar bandara. Untuk itu mencari celah-celah itu, dia telah mengirimkan tim untuk menyelidiki kondisi pengamanan di bandara SSK II.”Soal (pagar) ini di Pontianak malah lebih terbuka. Nempel kebun rakyat. Mungkin itu perlu ditinggikan,” lanjutnya. Aksi Mario yang menyelinap masuk ke ruang roda pesawat Garuda Indonesia, menurut Budi, bisa mengancam kesela­matan penerbangan. Pasalnya keberadaan Mario di tempat melipat roda pesawat bisa meng­ganggu proses landing.”Iya kalau dia sendiri yang celaka, kalau kemudian rodanya nyangkut dan pesawat nggak bisa landing bagaimana,” kesalnya. Dia mengaku hingga saat ini pihaknya masih menunggu hasil investigasi penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) Ditjen Perhubungan Udara terhadap Mario. Penyelidikan itu termasuk untuk mengetahui bagaimana dia masuk bandara. “Apapun hasilnya, kalaupun nanti ada sanksi (buat AP II) kami siap. Atas nama direksi kami mohon maaf,” ungkapnya. VP Corporate Communication Garuda Indonesia, Pujobroto masih tidak percaya Mario bisa selamat setelah ikut terbang di roda pesawat selama satu jam lebih. Padahal pada ketinggian 30-35 ribu kaki kondisi di luar kabin pesawat sangat ekstrem. “Di ketinggian 30-35 ribu kaki itu suhu bisa 30 derajat celcius, karena 11 ribu kaki sudah nol derajat celcius, “ tuturnya. Selain itu, tekanan udara juga mengalami penurunan tajam. Di daratan tekanan udara normal 1013 mbs (metric bars), sementara ketinggian di atas 30 ribu kaki tekanan udara hanya sekitar 100 mbs. Perbedaan tekanan udara secara drastis itu bisa menyebabkan kesakitan di telinga.”Mungkin itu penyebab telinganya berdarah. Bisa juga karena suara yang sangat keras,” tambahnya. Pada saat terbang tinggi itu Mario diperkirakan juga mengalami kekurangan oksigen. Sebab kepadatan oksigen di ketinggian di atas 20 ribu kaki hanya 50 persen dibanding di daratan. Dengan kondisi ekstrem seperti itu, Pujo pesimis manusia masih bisa hidup. “Mungkin dia selamat karena suhu ban masih panas sehingga tidak terlalu kedinginan,” jelasnya. (mia/wir)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: