Mega Peringatkan Jokowi

Mega Peringatkan Jokowi

JAKARTA- Tak perlu waktu lama untuk mengukuhkan kembali Megawati Soekarnoputri menjadi ketua umum DPP PDIP 2015. Di hari pertama pelaksanaan Kongres IV di Hotel Grand Inna Bali Beach, kemarin (9/4), peserta kongres sudah sepakat menetapkan dan melantik kembali putri Presiden pertama RI Soekarno tersebut memimpin partai peraih suara terbesar pada pemilu 2014 lalu itu. Pengukuhan tersebut dilakukan saat sidang paripurna dengan agenda awal penyampaian laporan pertanggungjawaban DPP PDIP 2010-2015. Belum sempat laporan pertanggungjawaban (LPJ) dibacakan, para peserta kongres sudah bersahut-sahutan menginterupsi. Mereka meminta agar laporan tidak perlu dibacakan karena sudah sepakat diterima tanpa harus dipaparkan. Atas hal tersebut, pimpinan sidang kemudian meminta sejumlah persetujuan para peserta kongres. Selain resmi menyatakan menerima LPJ, juga terkait kesepakatan mengukuhkan lagi Mega menjadi ketua umum. Tawaran-tawaran tersebut kompak disambut seruan setuju. “Karena ini sudah diputuskan, mulai Rakernas (di Semarang) hingga musyawarah di semua tingkatan, saya menyatakan menerima amanah ini,” kata Megawati, saat diberi kesempatan menyampaikan tanggapan. Perhelatan kongres partai berlambang kepala banteng dengan moncong putih itu diawali dengan acara pembukaan. Meski hadir lengkap Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla, Mega sendiri yang membuka forum tertinggi di internal PDIP itu secara resmi. Tradisi ini berbeda dengan sejumlah partai lain. Mega mengawali terlebih dulu dengan menyampaikan pidato politik. Di beberapa bagian pidato, sulit untuk dibantah kalau yang disampaikannya tidak diarahkan untuk pemerintah Jokowi-JK. Di antaranya, ketika dia menyinggung tentang kepimpinanan ala Indonesia sebagaimana yang telah dicontohkan Bung Karno. Salah satunya yang ditunjukkan ketika mencetuskan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) 60 tahun lalu. Sebuah gerakan yang kemudian mendorong bangsa-bangsa di Asia, Afrika, Amerika Latin untuk memperjuangkan kemerdekaan mereka. Menurut dia, kepemimpinan semacam itulah yang dibutuhkan bangsa Indonesia ke depan. Dia menegaskan, seorang pemimpin yang tidak mudah terpengaruh opini publik yang dipublikasikan itulah yang bisa memberi kepeloporan. “Kepeloporan Indonesia (seperti itu) hanya terjadi karena semangat juang, mereka berjuang dengan penuh keyakinan, tanpa terpengaruh opini yang dipublikasikan,” tegas Mega. Dia menyampaikan sebuah ungkapan ‘Karmane Vadhikaraste Ma Phaleshu Kada Chana’. Artinya, kerjakanlah kewajibanmu dengan tidak menghitung-hitung akibatnya. “Kepemimpinan yang seperti ini hanya akan muncul apabila dia sungguh memahami sejarah bangsanya, memahami siapa rakyatnya, dan memahami dari mana asal-usulnya,” tandasnya. Tidak berhenti di situ, dia kemudian menyinggung pula tentang dinamika pilpres yang masih menyisakan banyak pekerjaan rumah. Dia kemudian menunjuk adanya para penumpang gelap dari unsur tim kampanye saat pilpres terdahulu. Mega mengingatkan, mobilisasi kekuatan tim kampanye yang bekerja saat pilpres tersebut sangat rentan ditumpangi kepentingan. “Kepentingan yang menguasai sumberdaya alam bangsa, kepentingan yang semula hadir dalam wajah kerakyatan, mendadak berubah menjadi hasrat kekuasaan,” tandasnya, disambut seruan betul dari para kader PDIP. Selama ini, sejumlah petinggi memang seakan-akan kerap berada dalam posisi berhadap-hadapan dengan elemen pendukung pasangan Jokowi-JK saat pilpres lalu. Salah satunya, dengan kelompok yang menamakan diri sebagai relawan. Masih dalam pidatonya, Mega lalu menyambung dengan upaya gerakan deparpolisasi. Menurut dia, gerakan tersebut belakangan makin lantang diteriakkan. “Saya yakin bahwa gerakan deparpolisasi ini tidak berdiri sendiri, di sana ada simbiosis kekuatan anti partai dan kekuatan modal,” katanya. Dengan nada geram, dia menilai kalau kelompok yang menyuarakan deparpolisasi itu adalah kaum opurtunis. “Mereka tidak mau berkerja keras membangun partai, mereka tidak mau mengorganisir rakyat, kecuali menunggu, menunggu, dan selanjutnya menyalip di tikungan saudara-saudara,” seru Mega, kembali disambut teriakan setuju dari para kadernya. Mendengar pidato Mega tersebut, Jokowi yang duduk di baris terdepan tampak serius mendengarkan. Hal itu berbeda dengan sejumlah undangan dari petinggi parpol yang juga hadir sebagai undangan. Surya Paloh, Muhaimin Iskandar, dan Wiranto yang duduk bersebelahan juga di baris pertama tampak beberapa kali tersenyum. Bahkan, diantara mereka terkadang ikut bertepuk tangan. Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait menilai ketua umumnya mengingatkan kepada pemerintah, khususnya Jokowi yang merupakan kader PDIP. Hal itu agar pemerintah Jokowi-JK lebih berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan ke depan. Dia menunjuk, semisal terkait ungkapan tentang penumpang gelap. Dia memandang, wajar jika partai politik yang telah berjuang, berkeringat, merasa terlangkahi dengan keberadaan para relawan. “Iya, ada yang relawan yang tulus, namun juga selalu ada penumpang gelap, yang selalu menyalip di tikungan. Itu peringatan, wajar Ibu Mega mengingatkan itu,” kata Maruarar. Pernyataan blak-blakan Megawati Soekarnoputri terkait adanya para oportunis di lingkar kekuasaan, seolah menembak langsung pihak-pihak yang selama ini sudah sering diserang oleh beberapa petinggi PDIP. Salah satunya adalah Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto. Namun, Andi enggan menanggapi lebih jauh pernyataan Megawati. Menurut dia, sebagai pembantu presiden, dirinya akan mengikuti semua kebijakan presiden. Karena itu, dia tidak ingin membuat polemik baru. “Nanti ditunggu arahan presiden setelah kembali dari sana (Bali, red),’’ ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan kemarin (9/4). Sebelumnya, sempat beredar isu seputar adanya tiga orang di ring satu Presiden Joko Widodo yang dinilai para petinggi PDIP ingin menjauhkan presiden dengan partai-partai pendukungnya. Tiga orang yang disebut dengan istilah Trio Macan itu adalah Seskan Andi Widjajanto, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Kepala Staf Kepresiden Luhut Panjaitan. Petinggi PDIP Effendi Simbolon bahkan secara terang-terangan menyebut jika Andi Widjajanto dan Rini Soemarno adalah dua orang yang berkhianat kepada PDIP selaku parpol utama pengusung duet Jokowi - JK. ‘’Mereka tidak tahu terima kasih dan malah menusuk dari belakang,’’ katanya. Selain Jokowi dan JK, beserta para pimpinan parpol dari Koalisi Indonesia Hebat (KIH), hadir dalam pembukaan itu Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Meski kedatangan yang bersangkutan sesuai undangan adalah sebagai ketua MPR. (dyn/owi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: