14 Residen Kunjungi Panti Rehabilitasi Narkoba

14 Residen Kunjungi Panti Rehabilitasi Narkoba

KUNINGAN - Rumah Dampingan Tenjolaut, Palutungan, Cigugur, Jumat (12/6) kembali kedatangan 14 residen (mantan pecandu narkoba). Mereka tercatat sebagai angkatan III tahun 2015 yang akan menghuni gedung rehabilitasi seluas 3,6 hektare itu. Ke-14 residen diantarkan ke Rumah Dampingan Tenjolaut oleh Petugas Direktorat Pascarehabilitasi BNN RI bersama Tim Balai Besar Rehabilitasi Lido. Dimana, tim ini sebelumnya membimbing dan mendampingi para peserta pada tahap rehabilitasi. Di Rumah Dampingan Tenjolaut, kedatangan rombongan residen disambut oleh petugas dan pengelola. “Para residen ini adalah para eks pecandu narkoba hasil rujukan dari Balai Besar Lido,” terang pengelola Rumah Dampingan Tenjolaut, Juju Junaedi kepada Radar. Sebelumnya, mereka telah menyelesaikan masa rehabilitasi di Balai Besar Rehabilitasi Lido. Prosesnya meliputi rehabilitasi medis, termasuk detoksifikasi dan rehabilitasi sosial. Jadi, kategori peserta di rumah dampingan ini adalah peserta referal. Artinya, hasil rujukan dari Balai Besar Rehabilitasi Lido. Dilihat dari latar belakang, sebagian besar peserta pasca rehab ini berasal dari Kota Medan, Sumatera Utara dengan jenis kelamin seluruhnya laki-laki dengan range usia 24 hingga 35 tahun. “Selain 14 residen ini, Rumah Dampingan Tenjolaut juga akan menerima 21 orang peserta lain dari wilayah lokal Kabupaten Kuningan bekerja sama dengan Yayasan Ciptawening,” sebutnya. Selama lima puluh hari ke depan, 35 peserta rumah dampingan akan dibimbing dan dilatih supaya siap kembali terjun ke lingkungan masyarakat. Metode rehabilitasi saat ini pun berbeda. Petugas rumah dampingan sudah mulai menerapkan metode-metode rehabilitasi berstandar Internasional. Yaitu metode therapeutic community, atau dikenal dengan istilah TC atau komunitas terapetik. “Pada metode ini, prinsip yang dipegang dalam memulihkan mantan pecandu narkoba adalah man helps man to help himself,” timpal Konselor Rumah Dampingan Tenjolaut, Andri. Dengan kata lain, metode ini menggunakan kekuatan sebuah kelompok atau komunitas dalam memotivasi anggota dalam kelompok itu sendiri dalam menghadapi berbagai masalah yang dirasakan. Bersama bimbingan konselor, psikolog, dan tenaga medis di rumah dampingan, peserta dilatih untuk meningkatkan perkembangan kualitas hidupnya melalui pendekatan medis, spiritual, psikologis, dan berbagai pilihan pelatihan vokasional. Berbagai pelatihan tersedia, diantaranya berupa ternak sapi, ternak kelinci, budi daya strawbery dan semangka, pelatihan bekam, serta ternak lebah madu. “Jenis pelatihan tersebut disesuaikan dengan pencanangan program pemulihan pecandu narkoba berbasis konservasi alam di Kabupaten Kuningan,” imbuhnya. (tat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: