Ribuan Warga Waled Terserang ISPA
Tertinggi Se-Kabupaten Cirebon, Penyebabnya Lalu Lintas Truk Pasir WALED - Kecamatan Waled selama dua bulan terakhir di tahun 2011 lalu mendapat ranking pertama se-Kabupaten Cirebon untuk jumlah terbanyak penderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA). Penyebabnya tak lain adalah faktor cuaca yang ekstrem dan tingginya intensitas lalu lintas truk pengangkut material pasir. Menurut Kepala Puskesmas Waled, Hermanto AMd, sejak bulan November hingga Desember tahun lalu jumlah penderita ISPA di Kecamatan Waled mencapai 1.662 orang yang berasal dari berbagai latar belakang usia dan jenis kelamin. “Dari sepuluh besar penyakit, yang paling banyak diderita adalah ISPA,” tuturnya. Meski jumlah penderita campuran, tapi rata-rata yang terserang ISPA adalah pasien anak-anak, karena kekebalan tubuh (imunitas) anak-anak masih rentan terhadap perubahan cuaca ini. “Mayoritas yang terserang adalah anak-anak, apabila hal tersebut dibiarkan ISPA bisa berdampak pada lambatnya pertumbuhan si anak tersebut karena infeksi itu,” terang Hermanto. Dikatakan, ISPA yang menjangkit ribuan warga di Kecamatan Waled disebabkan hilir mudik dump truk yang membawa pasir dengan intensitas yang cukup tinggi, sehingga udara yang dilalui oleh mobil tersebut menjadi kotor. “Kualitas udara menjadi buruk, karena pasir yang tumpah ke jalan tergesek roda ban menjadi partikel debu yang bisa secara langsung terhisap warga,” paparnya. Mengetahui data penderita ISPA di Kecamatan Waled yang cukup fantastis, Adang Juhandi merasa prihatin. Tokoh masyarakat Waled ini mengusulkan kepada Dishub Kabupaten dan Polres Cirebon untuk memberlakukan satu hari bebas dumptruk agar masyarakat bisa menikmati dan menghirup udara segar. “Hari minggu misalnya kita bebaskan jalan-jalan dari dumptruk selama sehari penuh, karena kami juga berhak untuk mendapatkan udara yang sehat dan segar,” ucapnya. Ia menegaskan, bahwa dengan cara ini tentu akan mendatangkan banyak manfaat karena kedua belah pihak (masyarakat dan pengusaha pasir) tidak dirugikan apabila hal tersebut diberlakukan. “Cara ini lebih elegan daripada kita demo-demo dengan bakar ban, menyetop dump truk dan merusaknya,” tegas Adang. Ia berharap solusi alternatif ini bisa menjadi perhatian semua pihak. Pasalnya, berdasarkan survei yang pernah dilakukan dalam sehari, ada sekitar 1.750 dumptruk yang beroperasi membawa material pasir dari galian C di wilayah Kabupaten Kuningan menuju stockpile pasir di Kecamatan Gebang dan Pangenan. “Bayangkan bila 1.750 mobil itu pulang-pergi sebanyak 3 kali dalam sehari, akan jadi apa udara yang ada di lingkungan kita. Sudah banyak kerugian yang kita alami, mulai dari jalan rusak, meningkatnya tingkat kecelakaan lalu lintas dan yang terakhir penyakit ISPA. Saya rasa, satu hari tanpa dump truk harus menjadi gerakan bersama,” ungkapnya. Pada bagian lain, Hermanto menyambut baik usulan yang disampaikan tokoh masyarakat Waled tersebut. Ia berharap agar pihak terkait bisa meresponsnya dan segera mengeluarkan kebijakan satu hari tanpa dump truk. “Ya, saya setuju dengan ide itu dan kami sebagai paramedis akan merespons dengan baik,” pungkasnya. (jun)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: