Angkot Gratis Buat Siswa Miskin
Organda Pesimis Terwujud, Merasa Belum Diajak Bicara Dishubinkom CIREBON - DPC Organda Kota Cirebon tidak menjamin wacana angkot gratis bagi para pelajar berjalan mulus. Pasalnya, bisnis transportasi saat ini sedang terpuruk. Sekretaris Organda, Karsono mempertanyakan, pihak mana yang akan menanggung biaya bagi para pelajar, kalaupun diterapkan, seperti apa mekanismenya di lapangan. “Memang wacana yang digagas Dishubinkom memang bagus. Tapi, anggaran yang digunakan dari mana? Emang pemerintah kota siap memberikan subsidi?” kata Karsono kepada Radar, Senin (24/8). Dia mengaku, dari Organda saja belum pernah diajak bicara oleh Dishubinkom. Padahal untuk memberlakukan biaya angkot gratis bagi para pelajar, masih perlu pembahasan yang sangat panjang. “Dishubinkom harus bisa menjelaskan seperti apa mekanisme program angkot gratis tersebut, jangan asbun (asal bunyi). Kalau biaya pihak swasta (pengusaha, red) tentunya tidak mampu. Kita terapkan tarif untuk pelajar dinilai terlalu berat,” ungkapnya. Yang menjadi persolan lagi, kata Karsono, jalur trayek angkutan umum itu tidak hanya melintas di kota saja. Tapi, lintas daerah seperti dari Kabupaten Cirebon. “Ini juga harus dipikirkan. Ngomong mah mudah, tapi realisasinya susah,” ucapnya. Dia mengakui sesuatu yang gratis itu memang enak. Tapi, persoalannya ruwet. Di sisi lain, pertanyaannya apakah Dishub sudah mengkaji wacana itu secara internal. Sebab, persoalan ini yang akan terlibat untuk diajak bicara adalah steakholder. “Artinya, masyarakat jangan selalu dininabobokan terus. Di mana-mana yang namanya program gratis itu pasti banyak diminati masyarakat. Tapi, masalahnya ribet,” tandasnya. Sementara itu, salah satu siswa kelas 10 SMAN 6 Cirebon, Andra mengaku senang dengan adanya wacana angkot gratis bagi para pelajar. Sebab, biaya angkot saat ini terlalu berat. “Masa pelajar dibebani sampai Rp3 ribu sekali jalan, baik dekat maupun jauh. Kalau memang benar diberlakukan, uang Rp3 ribu tersebut bisa ditabung,” singkatnya. Lain halnya dengan siswa SMAN 6 Kota Cirebon lainnya, Imas. Dia mengatakan, tidak sepakat dengan adanya pemberlakuan angkutan gratis bagi siswa. Alasannya, karena kasihan melihat sopir angkot, pendapatan dari angkot akan berkurang. “Saya sih gak setuju, biar ada subsidi dari pemerintah juga. Lebih baik biaya angkot untuk siswa dikurangi, yang tadinya Rp3 ribu, jadi Rp1.000 atau Rp2 ribu. Kasihan sopir angkotnya, gak tega. Mereka juga punya keluarga,” tuturnya. Terpisah, Wakasek SMPN 5 Kota Cirebon, Maman Suryaman merespons positif wacana yang digagas oleh pemerintah kota melalui Dishubinkom. Alasannya, untuk menghindari pengguna motor liar dari para siswa SMP. “Masalahnya anak SMP saja sudah banyak yang menggunakan sepeda motor. Ini kan rawan, kemudian konsentrasi belajar juga gak jelas. Tapi, ketika ada angkot gratis saya kira bagus dan kami sangat mendukung,” paparnya. Yang menjadi repot, kata Maman, ketika pemerintah kota memunculkan gagasan bus sekolah bagi para siswa, tentunya akan muncul masalah baru yakni angkot akan tidak laku. “Lebih baik pemerintah kota mensubsidi angkutan umum tersebut dari APBD Kota Cirebon,” imbuhnya. Dia mengungkapkan, di SMPN 5 Kota Cirebon biaya transportasi sebetulnya bisa diambil dari dana BOS bagi siswa miskin. “Sudah kita alokasikan. Tapi, diperuntukkan bagi siswa miskin. Ketika ada wacana angkot gratis, dananya bisa diambil dari sini. Dana untuk transportasi siswa miskin dianggarkan 5 persen dari dana,” pungkasnya. Terpisah, Asisten Daerah Bidang Perekonomian dan Kesejahteraan Setda Kota Cirebon Drs Jaja Sulaeman MPd mengatakan, angkot gratis tidak boleh mengambil dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dia juga tidak sependapat jika semua siswa digratiskan angkot. Artinya, angkot gratis hanya untuk siswa miskin saja. “Kalau orang mampu pasti diantar jemput dengan mobil atau naik motor. Angkot gratis hanya untuk siswa tidak mampu saja,” tegasnya. Anggaran dapat diambil dari beasiswa rawan DO. Langkah ini dinilai tepat dalam rangka berbagi keadilan dalam dunia pendidikan. Siswa mampu membantu yang miskin. Siswa miskin yang terdata, lanjutnya, dapat diberikan kartu angkot gratis. Hal demikian sudah berjalan di SMP Wahidin Kota Cirebon yang telah menggratiskan angkot bagi mereka siswa tidak mampu. “Ini layak ditiru. Semangatnya meringankan beban pendidikan,” tukas Jaja. Siswa yang mampu tidak perlu mendapatkan bantuan angkot gratis. Selain karena kemampuan Pemkot Cirebon yang terbatas, mereka tidak akan mau naik angkot di saat sudah ada fasilitas antar jemput mobil dan motor. Di samping itu, Jaja Sulaeman menjelaskan pengadaan angkot gratis dapat dilakukan dalam bentuk bus sekolah yang dibeli dari pemerintah atau bantuan Corporate Sosial Responsibility (CSR) perusahan-perusahaan. “Kalau mobilnya harus berputar terus, ini sulit terjangkau,” ucapnya. Bagi siswa miskin, lanjut Jaja, tidak hanya diberikan fasilitas angkot gratis, tetapi juga diberikan buku tulis dan kebutuhan pendidikan pribadi siswa miskin tersebut. Sehingga, siswa miskin itu mampu belajar dengan baik. Sebab, bisa jadi di antara mereka ada yang menjadi walikota atau bahkan presiden. (sam/ysf)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: