“Kandang Banteng” Didemo

“Kandang Banteng” Didemo

\"\"Acep Diminta Bertanggung Jawab KUNINGAN– Sesuai dengan rencana, massa pendukung H Aang Hamid Suganda SSos, kemarin (19/1), mengepung Sekretariat DPC PDIP di Jl Ciharendong. Sambil membentangkan spanduk dan poster hujatan, mereka meminta pertanggungjawaban Ketua DPC PDIP Kuningan, H Acep Purnama SH MH atas berangkatnya 25 pengurus PAC dan beberapa pengurus DPC ke Cirebon, akhir pekan kemarin. Sekitar 100 massa itu berkumpul sejak pagi di Posko PAC PDIP Kecamatan Kuningan di Jl RE Martadinata, samping RS Wijaya Kusumah. Hingga waktu menunjukkan pukul 10.00, mereka lantas bergegas ke Sekretariat DPC PDIP Kuningan dengan berkonvoi menggunakan kendaraan roda empat dan dua. Massa yang ikut kebanyakan dari pengurus PAC dan ranting. Seperti dari PAC Kuningan, PAC Karangkancana, PAC Maleber dan PAC Ciawigebang. Turut serta Kader PDIP Cigandamekar, mantan Ketua PAC Kadugede, ranting Awirarangan, mantan Sekretaris PAC Nusaherang, dan beberapa simpatisan PDIP yakni H Kamdan SE dan Pin Tedi yang merupakan wakil rakyat. Seorang pengusaha burjo di Jogjakarta bahkan ikut serta bersama beberapa mahasiswa dan pemuda yang kuliah di Jogjakarta. Terdapat pula perwakilan dari Pemuda Demokrat Kuningan, Cergam Kuningan dan perwakilan kusir delman. Kedatangan mereka disambut puluhan polisi yang melakukan penjagaan ekstra ketat. Tanpa rasa takut, massa pun bergerak menuju halaman kandang banteng dengan membentangkan tiga spanduk dan beberapa poster. Tulisan spanduk dan poster tersebut semuanya menghujat DPC, termasuk H Acep Purnama SH MH. Di antaranya ’DPC PDIP Kuningan jangan plin-plan mendukung H Aang, Kami masyarakat Kuningan akan tetap mendukung H Aang’ dan PAC dan Ranting PDIP Kecamatan tetap mendukung H Aang’. Bahkan beberapa poster bertulisan kecaman bahwa partai bukan milik pribadi. Lalu, terdapat pula tulisan agar Acep harus benar dalam mengurus partai, sampai tulisan meminta agar Acep turun. Sambil menunggu beberapa perwakilan menyuarakan kekesalannya di dalam Sekretariat DPC, orasi di halaman kantor terus dilakukan. Selama sekitar satu jam, terjadi dialog antara perwakilan massa pendukung Aang dengan Acep Purnama didampingi Sekretarisnya, Tresnadi. ”Dengan bertemuanya oknum PAC dan DPC dengan Pak Dedi Supardi, jelas Pak Aang dilecehkan. Ini nggak bener. Mestinya Pak Dedi yang datang ke Kuningan. Pak Aang juga pasti welcome. Pantas saja Pak Aang tak mau menyampaikan misi visi di Rakerda. Karena memang beliau merasa terhina dan pasti diketawain,” lontar Ketua PAC Kecamatan Kuningan, Rudi Iskandar dengan nada tinggi. Diakui Rudi, dirinya dengan Dedi Supardi masih terdapat ikatan saudara. Namun baginya, ini masalah organisasi di mana koridornya mesti diamankan. Untuk itulah pihaknya meminta klarifikasi sekaligus tindak lanjut partai terhadap para oknum yang menemui Dedi Supardi. H Kamdan selaku simpatisan dan juga mantan anggota dewan menandaskan, adanya izin ketua terhadap para PAC dan beberapa pengurus DPC, merupakan simbol dukungan. Terlebih dengan mengenakan baju DS (Dedi Supardi). Meski Nuzul Rachdy mengelak, Kamdan mengaku tidak yakin. Sebab menurutnya mustahil seorang wakil rakyat dua periode merasa terjebak. ”Masa baju DS dipakaikan oleh Dedi. Tentu dipakai sendiri lah. Seharusnya Zul (Nuzul Rachdy) keberatan kalau tahu mau dikorankan. Acep juga yang berkapasitas Ketua DPC sangat disayangkan. Kalau merasa benar, maka para oknum itu harus diberikan sanksi,” tegasnya. Pria yang mengatasnamakan pemuda Kuningan, H Iwan ikut angkat bicara. Dia menyayangkan ”perpecahan” di tubuh PDIP. Apalagi sampai mudahnya mengizinkan keberangkatan PAC dan DPC ke Cirebon. Untuk itu pihaknya meminta agar Acep memberikan sanksi tegas. Kalau bisa 25 PAC tersebut dipecat. Jika Acep tidak berani, dia menyarankan agar Acep mundur dari ketua. ”Sebab saya nilai tidak becus dalam mengorganisasi partainya sendiri, apalagi memimpin rakyat. Masak dengan Rp500 ribu saja harga diri warga Kuningan dijual. Mediatornya juga sama yang konon mendapatkan Rp1,5 juta,” tandas salah seorang pengurus Kojek itu. Acep mencoba memberikan jawaban. Soal Nuzul Rachdy, dia mengakui mengizinkan untuk mendampingi para PAC. Dia pun menegaskan bahwa pada waktu itu dirinya tidak mengetahui berapa jumlah PAC yang ikut ke Cirebon. Pihaknya khawatir ada pernyataan sikap, sehingga kemudian mengizinkan Nuzul Rachdy untuk berangkat ke Cirebon. Jawaban Acep langsung dipotong Rudi. Dia menegaskan kalau dirinya selaku ketua partai, pasti akan malu lantaran tidak memegang fatsun politik. Meskipun dirinya masih saudara Dedi Supardi, namun fatsun politik tetap ia pegang. Belum juga Acep memberikan jawaban panjang lebar, suara kekesalan terus memberondong Acep. Kades Mulyajaya Kecamatan Cimahi, Agus misalnya. Selaku kader PDIP ia mengatakan, musibah buruk akan terjadi pada tahun 2013 dan 2014 jika PDIP membiarkan masalah ini. Pihaknya pun tidak yakin jika kepergian para PAC dan DPC ke Cirebon hanya sebatas silaturahmi. Karena dengan diberikan kalender, baligo, dan spanduk, bagi dia telah ada ikatan moral. ”Sekarang saya katakan PDIP ambrol. Dengan adanya sikap seperti kemarin, jelas membuat poin jatuh di mata DPP. Benar-benar fatal akibatnya. Kalau mau, coba saja ajak musyawarah para PAC dengan mengikutsertakan Pak Aang,” ungkapnya. Dari PAC Meleber mengatakan, terdapat penghianatan dalam peristiwa kemarin. Dengan mengenakan baju DS, pihaknya menilai nyata-nyata memberikan dukungan. Menurutnya, tidak ada istilah kepepet di PDIP. Sehingga jika Acep merasa benar maka harus memberikan sanksi tegas. Bila perlu dipecat atau bahkan melakukan PAW terhadap para anggota anggota dewan Fraksi PDIP. Syaeful Ansori selaku mantan pengurus DPC PDIP Kuningan dan juga mantan anggota dewan menambahkan, klarifikasi apapun tidak ada artinya. Penghianatan terhadap Aang dinilai sudah nyata. Etikanya tidak ada karena diketahui ketua dan para anggota dewan F-PDIP ikut serta. Massa juga meminta ada sanksi tegas terhadap para oknum yang menemui Dedi Supardi. Bahkan mereka pun meminta agar baligo dan spanduk Dedi Supardi di beberapa titik harus ditarik, sekaligus berbagai atribut lainnya seperti jaket dan kalender. Menjawab soal sanksi, Acep berjanji akan menindaklanjutinya secara organisasi atau kepartaian. Mulai dari memanggil semua PAC yang ikut dan mencari kejelasan kabar dari beberapa pengurus DPC. Sampai nanti dikeluarkan sanksi teguran, peringatan dan lain-lain. Pihaknya pun berjanji untuk segera menindaklanjuti komunikasi dengan Aang serta menggelar rakor dengan seluruh jajaran partai yang dihadiri Aang guna mencairkan suasana. ”Kami tak bisa memvonis seperti pengadilan negeri. Karena ini bukan lembaga peradilan. Tapi sanksi yang diterapkan nanti secara organisatoris dengan berbagai pertimbangan. Ini merupakan langkah kami dalam menstabilkan partai. Teman-teman juga kami minta tenang agar stabilisasi partai tak terganggu. Apalagi Pak Aang juga akan maju. Kondusivitas ini perlu kita jaga karena kami yakin peluang Pak Aang jauh lebih besar ketimbang balongub lainnya,” jelas dia. Pasca penjelasan Acep, lontaran dari perwakilan pendukung Aang tidak langsung berhenti. Tapi setelah Rudi Iskandar mengeluarkan pernyataan terakhir, akhirnya massa pun membubarkan diri. Rudi menegaskan agar suara mereka didengar dan dilaksanakan. Karena jika tidak, dirinya mengancam bakal mendatangkan massa lebih banyak. (ded)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: