Siapkan Kongres Perang Kedondong

Siapkan Kongres Perang Kedondong

MASIH ada peristiwa sejarah Perang Kedondong yang samar dan belum terungkap. Kontroversi Ki Bagus Rangin dan para pengikutnya, adalah salah satunya. Kesimpangsiuran soal pertempuran hebat Ki Bagus Rangin dan ketidakjelasan sejumlah peristiwa sejarah lainnya, menyiratkan pentingnya mengkaji kembali peristiwa sejarah Perang Kedondong yang belum jelas. Tampaknya, semangat literasi sejarah membumi di Blok Lawang Gede, Desa Mertasinga, Kecamatan Gunung Jati, Cirebon. Sabtu (12/9) pagi di Bangsal Situs Lawang Gede, sejumlah sejarawan, budayawan dan tokoh masyarakat membahas persiapan Kongres Sejarah Perang Kedondong bertajuk Perlawanan Rakyat Cirebon 1818 yang akan digelar November mendatang. Tampak hadir, salah satu pemain film Soekarno, Mohammad Achir. “Meski tergolong wacana, Ki Bagus Rangin sedang diusulkan untuk dibuatkan film oleh Hanung. Saya mendukung kegiatan pelurusan sejarah untuk menjadi penerang bagi generasi mendatang,” ujar Achir. Di bangsal itu, dibahas para tokoh dengan kekuatan bersama melawan kolonialisme Belanda dan sekutunya. Sebagai filolog, Raden Achmad Opan Safari Hasyim pun terpesona dengan tokoh Ki Bagus Rangin. Bagi Opan, sejarah Cirebon harus diluruskan. “Jangan ditutupi demi kepentingan segelintir orang. Rakyat Cirebon berhak mendapatkan informasi yang benar atas kebenaran sejarah masa lalunya,” ujarnya. Wacana kongres tersebut pun diapresiasi Rujita Dewa. Sebagai putra keturunan Perang Kedondong, ia bangga dan mengapresiasi para sejarawan yang peduli terhadap sejarah Cirebon. “Sudah saatnya kita mengetahui sejarah di masa lalu,” ungkapnya. Salah satu putra keturunan Pangeran Abu Hayat, Mohammad Kusnadi Kusumaningrat, mengungkapkan perhelatan Kongres Sejarah Perang Kedondong bertajuk Perlawanan Rakyat Cirebon 1818 ini, harus direnungkan sebagai bagian dari pendewasaan diri dan bangsa. Menanggapi gagasan ini, Raden Udin Kaenudin kembali menegaskan pentingnya pelurusan sejarah. “Segala peristiwa pada masa silam, bagi saya, jika tak kenal sejarah, tak akan kenal diri,” tegasnya. Raden Udin mengajak untuk kembali bercermin pada sejarah. Peristiwa-peristiwa gelap pada masa lalu dapat didiskusikan dengan masa kini sepanjang ada kedewasaan. Salah satu yang dapat menjembatani dengan lebih terbuka adalah menggelar Kongres Sejarah Perang Kedondong bertajuk Perlawanan Rakyat Cirebon 1818. “Kemerdekaan yang saat ini kita rasakan bukan pemberian, tapi hasil dari perjuangan rakyat cirebon semesta yang mencapai puncaknya pada tahun 1818. Jadi, sebelum Pangeran Dipenogoro melawan penjajah Belanda, Rakyat Cirebon semesta sudah memulainya,” tegasnya. Pada pengujung perbin­cangan itu, Raden Udin me­n­ya­­takan pembangunan karak­ter bangsa dapat diajar­kan lewat nilai-nilai moral da­ri lite­rasi sejarah. (jun/wb/opl)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: