2 SDN Terancam Longsor
Belum Ditangani, Baru Diusulkan DTRCK ke BPBD KUNINGAN- Belum ada kepastian berapa rumah rusak berat maupun rusak ringan saat terjadi bencana badai matahari, kemarin. Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (TRCK) Kuningan masih menunggu laporan dari masing-masing pemerintah desa. “Sapuan angin itu kan luas. Bukan hanya di beberapa titik saja. Kalau dampak kerusakannya didata satu per satu, kita tidak tahu di mana saja, jadi kita masih menunggu laporan resmi dari desa,” terang Kadis TRCK, Drs H Lili Suherli MSi diamini Kabid Perumahan dan Jasa Kontruksi, Ono Darsono di kantornya, Kamis (26/1). Ia mengaku hanya memantau beberapa lokasi di perkotaan dan sekitarnya. Itu pun dari informasi yang masuk. Namun sebelum bencana terbaru itu, sudah ada bencana selama sepekan terakhir di beberapa desa. Di Desa Cirukem, Kecamatan Garawangi, beber dia, 2 rumah milik Ono Martono dan Arifin, warga RT 02 RW 01, Dusun Kliwon terancam longsor. “Tembok penahan tebingnya longsor. Selain mengancam 2 rumah tersebu8t, longsoran juga menimbun jalan setapak sepanjang 20 meter,” sebut Lili. SDN 1 Cijemit, Kecamatan Ciniru, pun terancam longsor setelah tembok penahan tebingnya setinggi 3 meter dan panjang 22,5 meter ambrol menghantam pagar sekolah hingga roboh. Tetangganya, Desa Cipedes pun tidak luput dari sasaran longsor. Di Dusun Cibongkot, tembok penahan tebing SDN 4 Cipedes jebol. Sedangkan di Dusun Cirahayu, 2 rumah milik Suryaman dan Oji Syawal terancam longsor akibat tebing setinggi 1,5 meter dan panjang 26 meternya rontok. Yang terparah, 1 rumah milik Usman, warga Dusun Wage RT 14 RW 04, Desa Ciherang, Kecamatan Kadugede, rusak berat akibat diterjang longsor. Sisanya 4 rumah dalam kondisi rusak ringan. “Lima rumah tersebut terkena hantam longsor tebing setinggi 5 meter dan panjang 37 meter akibat tidak ada saluran drainase,” ungkapnya. Rentetan bencana itu terjadi dalam sepekan terakhir Januari 2012. Ia menerima laporan tersebut dari desa. Laporan itu kemudian ditindaklanjuti melalui survei. Tingkat kebutuhan biaya penanganannya di setiap desa itupun bervariatif. Seperti Desa Cipedes Rp55.045.000, Desa Ciherang Rp118.012.000, Desa Cijemit Rp30.882.000 dan Desa Cirukem Rp33.642.000. “Semua kebutuhan penanganan itu sudah kita usulkan ke BPBD (badan penanggulangan bencana daerah). Yang menindaklanjuti nanti BPBD, kalau kita hanya bantuan teknis saja,” pungkas Lili. Sementara, beberapa warung semi permanen di sepanjang jalan Objek Wisata Linggajati, Kamis (26/1), pukul 07.00, ambruk akibat terjangan angin kencang. Beruntung saat itu, warung masih dalam keadaan kosong, atau belum buka sehingga tidak ada korban. Kerusakan juga terjadi di Desa Sadamantra dan Padamenak, Kecamatan Jalaksana. Sedikitnya empat ruko rusak, terutama bagian atapnya. Itu akibat kencangnya sapuan badai. “Tiba-tiba saja angin kencang datang dari arah utara terlihat berputar menerjang pohon kemudian ruko-ruko. Akibatnya dua pohon tumbang ke jalan dan empat ruko atapnya beterbangan,” kata Opik, warga setempat yang sempat menyaksikan pusaran angin. Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 11.00 itu juga menyebabkan sebuah baligo berukuran besar berputar hingga 180 derajat. Sehingga yang terlihat hanya bagian belakangnya saja. Itu menimpa baligo yang dipasang tidak jauh dari ruko yang rusak. “Saat kejadian, suasana terasa sangat mencekam, bahkan tiupan angin menimbulkan suara yang mengguruh dan menakutkan,” ujar Opik. Dengan bantuan petugas TNI dari Koramil setempat, warga segera mengevakuasi dua batang pohon yang tumbang ke jalan. Kemacetan lalu lintas yang sempat terjadi di jalan penghubung Kuningan-Cirebon tersebut pun akhirnya bisa diatasi. Para pemilik ruko langsung membereskan atap yang rusak. Bahkan beberapa di antaranya memilih untuk menutup toko. (tat/ded)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: