Istri Gugat Suami, Why?
Tren Perceraian Masyarakat Modern Kalau dulu istilah cerai dominan karena suami menalak istrinya, fenomena perceraian saat ini justru berbalik. Mayoritas para istrilah yang menggugat cerai suaminya. Setidaknya, data itu terungkap dari catatan Pengadilan Agama Kota Cirebon. Hingga Oktober 2015, terdapat kasus cerai gugat 565, dua kali lebih banyak dibandingkan cerai talak yang hanya 248 kasus. Tentu menimbulkan pertanyaan, apa yang menyebabkan perempuan saat ini berani mengajukan gugatan cerai? BELUM usai kasus perceraian pasangan selebritis Venna Melinda-Ivan Fadilla, kabar perceraian kembali muncul dari pasangan selebriti senior, Camelia Malik-Harry Capri. Selain kedua pasangan tersebut, pasangan selebriti seperti Titi Rajo Bintang-Wong Aksan, Ira Wibowo-Katon Bagaskara sudah lebih dulu menggugat cerai para suami dan akhirnya resmi bercerai. Bukan hanya di kalangan selebritis, ternyata kasus perceraian juga seolah menjadi tren di kalangan masyarakat biasa. Terlebih, saat ini kasus perceraian didominasi karena perempuan yang lebih dulu menggugat cerai suaminya. Data terakhir dari Pengadilan Agama Kota Cirebon di bulan Oktober 2015, ada 67 kasus cerai gugat, sedangkan cerai talak hanya 20 kasus. Panitera Muda Hukum Pengadilan Agama Kota Cirebon, Atikah Komariah mengatakan, jumlah perceraian di Kota Cirebon tercatat sampai dengan bulan Oktober 813 kasus, di antaranya 565 cerai gugat dan 248 cerai talak. Sedangkan di tahun 2014, tercatat sebanyak 900 kasus di antaranya 614 cerai gugat dan 286 cerai talak. \"Sejak 2014 kasus cerai gugat selalu lebih banyak daripada cerai talak. Artinya, para istri yang menggugat cerai suami. Di tahun 2015 pun sama, lebih banyak cerai gugat,\" katanya kepada Radar, kemarin (23/11). Atikah mengakui, dari kasus-kasus tersebut, banyak pengaduan dari perempuan yang menggugat cerai karena beragam faktor. Mulai dari faktor ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, perbedaan prinsip, hingga perselingkuhan. Namun, kata Atikah, kasus perceraian banyak disebabkan faktor ekonomi. \"Ada pasangan yang suaminya baru dua bulan kerja di luar kota, istri menggugat cerai dengan alasan takut suaminya selingkuh. Padahal kalau mau sabar dan percaya, gak akan cerai. Banyak juga karena faktor ekonomi, istri lebih mandiri dan bisa cari uang sendiri akhirnya dengan mudah gugat cerai,\" jelasnya. Seperti cerita yang dialami salah satu perempuan yang menduduki jabatan tertinggi di sebuah perusahaan ini. Sebut saja Kenanga. Kenanga sudah cerai dengan suaminya sejak dua tahun yang lalu. Ia menggugat cerai sang suami karena merasa mampu menghidupi anak-anaknya. \"Padahal saya sendiri gak masalah penghasilan suami lebih sedikit, saya maklum. Tapi lama-kelamaan kok kita gak bisa menahan ego masing-masing. Suami selalu membahas itu dan dia maksa saya berhenti kerja. Kenyataannya kan gak bisa, tuntutan ekonomi sekarang tinggi. Kalau saya gak kerja, kebutuhan rumah tangga gak cukup. Akhirnya saya gugat cerai suami,\" ungkapnya. Sama halnya dengan kasus yang dialami duda anak satu ini. Sebut saja Boy. Boy digugat cerai istrinya karena alasan faktor ekonomi. Sebagai seorang suami, Boy mengaku sudah memberikan apa yang dibutuhkan istri dan keluarganya. Namun, tuntutan ekonomi dan gaya hidup saat ini membuat istri Boy merasa kurang dipenuhi kebutuhannya. \"Saya udah tahan-tahan sih supaya gak cerai, kasih pengertian juga ke istri. Tapi susah ya karena memang gaya hidup teman-temannya yang mewah sedangkan kami berkecukupan, mungkin gak sesuai dengan kemauan istri,\" bebernya. Ada juga cerita dari sebut saja Wangi. Wangi menggugat cerai suaminya pada awal tahun 2015. Why (kenapa)? Alasannya karena ia tak kuat dengan ulah sang suami. \"Bawaannya curiga terus karena sekarang banyak banget media sosial, kayak facebook atau lewat BBM (Blackberry Messanger, red), dan ternyata terbukti ada akun yang dibuat mantan suami untuk berkomunikasi dengan perempuan lain. Akhirnya saya gugat cerai,\" kata perempuan dua anak itu. Cerita lain dari Hani. Dia mengaku menggugat cerai suaminya gara-gara dirinya sudah menemukan tambatan hati melalui jejaring facebook. Karena posisi sang suami merantau dan bekerja di negeri jiran, untuk mencari hiburan dia aktif di media sosial facebook. “Mulanya sih biasa-biasa saja. Tapi lama kelamaan, kita sering ngobrol, curhat, eh malah jadinya saling suka. Dari situ, saya jadi gak begitu memikirkan suami, karena sibuk dengan laki-laki yang baru saya kenal. Gak tahu apakah suami juga sama, dan pada ujungnya, kita merasa sudah gak bisa bersama akhirnya, kita cerai. Meskipun pada akhirnya saya menyesal, karena ternyata laki-laki yang saya sukai di jejaring sosial, ternyata membohongi saya. Nyesel sih, tapi terlambat,” bebernya. (mike dwi setiawati)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: