Dua Keluarga Diduga Ikut Gafatar

Dua Keluarga Diduga Ikut Gafatar

Pemdes Membenarkan, Mereka Menghilang Sejak November 2015 KUNINGAN - Dua keluarga menghilang sejak November tahun lalu. Mereka berasal dari Desa Karangmangu, Kecamatan Kramatmulya. Dua keluarga dengan tujuh jiwa itu diduga gabung dengan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dan berangkat ke Kalimantan. Sebelum menghilang, mereka sempat mengajak tetangganya untuk masuk ke organisasi tersebut. Hanya saja, para tetangganya menolak untuk ikut masuk Gafatar. Alhasil, hanya dua keluarga itulah yang akhirnya berangkat ke Kalimantan. Satu keluarga bahkan rela menjual rumahnya demi berangkat, dan satu keluarga lainnya memilih mengosongkan rumahnya. Informasi yang diperoleh Radar, belum diketahui apakah kedua keluarga itu akan pulang kembali ke Karangmangu, atau memilih daerah lain. Kepala Desa Karangmangu, Sopandi membenarkan jika ada warganya yang menghilang sejak tahun lalu. Dia belum memastikan apakah mereka bergabung dengan Gafatar atau memang sengaja merantau ke luar daerah. Namun menghilangnya kedua keluarga dengan tujuh jiwa itu tetap membuat dia dan warga Karangmangu lainnya waswas. “Setahu saya, kedua keluarga berlainan dusun itu sudah meninggalkan Karangmangu sejak November lalu. Saat pergi, pemdes tidak tahu,” katanya kepada wartawan, kemarin (22/1). Sopandi menuturkan, kedua keluarga itu yakni pasangan suami istri, Nana Sukiatna dan Saodah yang memiliki dua anak. Kemudian pasutri Abidin dan Sarinah yang memiliki satu anak. “Kedua keluarga ini tinggal berlainan dusun dan malah sempat mengajak warga lainmya untuk ikut keanggotaan organisasi tersebut. Tapi ajakan itu tidak ditanggapi oleh tetangganya. Akhirnya hanya kedua keluarga itu saja yang pergi. Yang kami dengar sih ke Kalimantan untuk mengikuti pertemuan,” tukasnya. Salah seorang warga yang enggan menyebutkan namanya mengungkapkan bahwa dirinya tinggal berdampingan dengan salah satu anggota Gafatar itu. Dia awalnya sering diajak pengajian setiap malam Jumat, namun belakangan diajak masuk keanggotaan. “Saya sendiri sering melihat tetangga memakai baju bertuliskan Gafatar lengkap dengan benderanya. Bahkan, saya ditawari koran dan buku-buku tentang Gafatar, tapi saya menolaknya. Ajakan untuk masuk Gafatar juga saya tolak,” sebutnya. Camat Kramatmulya, Dian Fenti Asmara SAP saat bertemu Radar di halaman Stadion Mashud Wisnusaputra mengakui jika ada warga di wilayah binaannya menghilang dan diduga gabung dengan Gafatar. Namun dia menolak jika warga yang menghilang itu sebanyak tujuh orang. “Hanya lima orang saja, dan sekarang sedang diurus kepulangannya. Jika sudah datang, akan dilakukan pembinaan. Saya terus koordinasi dengan pemerintah desa, dan mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah kena bujuk rayu,” ungkapnya. Sementara saat memberikan paparan di pendopo awal pekan ini, Kapolres AKBP Joni Iskandar SIK menegaskan jika di Kabupaten Kuningan tidak ada sekretariat Gafatar. Pengajuan izin mendirikan Gafatar juga ditolak Badan Kesbang Kabupaten Kuningan. “Gafatar Kuningan diketuai oleh Agustiar. Istri Agustiar duduk sebagai bendahara. Tapi mereka tidak punya sekretariat, hanya susunan kepengurusan organisasinya saja yang ada. Dan mereka sekarang menghilang semua,” paparnya. Kapolres mewanti-wanti masyarakat untuk waspada terhadap segala bentuk ajaran yang menyesatkan dan mengarah ke radikalisme. “Bukan hanya Gafatar saja yang harus diwaspadai, namun juga organisasi yang menganut faham radikal. Masyarakat jangan sampai terhasut apalagi bergabung dengan organisasi yang akhirnya malah membuat susah masyarakat itu sendiri,” sarannya. (ags)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: