Pedagang Pasar Balong hanya Andalkan “Marema” Lebaran

Pedagang Pasar Balong hanya Andalkan “Marema” Lebaran

Usai ditutupnya pusat perbelanjaan Matahari 15 tahun silam, kondisi Pasar Balong Kota Cirebon kian hari kian sepi pengunjung. Para pedagang yang telah puluhan tahun mengadu nasib di Pasar Balong menginginkan agar pusat perbelanjaan tersebut kembali ke masa jayanya. Laporan: NUR VIA PAHLAWANITA, Pekalipan MESKI akhir pekan, kondisi Pasar Balong nyaris tidak ada peningkatan pengunjung. Para pedagang yang telah berjualan hingga puluhan tahun pernah menjadi saksi berjayanya Pasar Balong. Kini, mereka juga menjadi saksi terpuruknya pasar empat lantai itu. “Ramenya paling mrema lebaran, selebihnya sangat sulit diharapkan,” ujar Ketua Ikatan Pedagang Pasar Balong, H Agus Suwarta, kepada Radar. Warta telah berjualan di Pasar Balong sejak tahun 1988. Sejak penutupan Matahari Mall, kondisi Pasar Balong berubah drastis. Tak ada lagi keramaian pengunjung mall, bioskop di lantai atas juga tutup. Setelah itu, praktis hanya lantai satu yang dipergunakan pedagang. Lantai dua hingga lantai empat dibiarkan kosong. Bila dibandingkan dengan masa jayanya, pengunjung Pasar Balong saat ini tak sampai 50 persen termasuk bila dibandingkan dengan kondisi lima atau sepuluh tahun lalu. Penurunan itu akan terus terjadi, bila Pasar Balong tidak segera direhabilitasi dan dipercantik. Selain komoditi yang dijual, nyaris tidak ada yang menarik perhatian pengunjung. Para pedagang hanya berharap pada Pemerintah Kota Cirebon untuk melakukan peremajaannya dan promosi. \"Sehari-hari kadang hanya melayani dua potong atau lima potong, besok-besok mungkin tambah sepi kalau tidak ada rehab,\" kata pedagang pakaian jadi musim ini. Kios yang ia tempati statusnya ialah hak sewa guna. Warta telah memperpanjang hak sewanya hingga 20 tahun ke depan seharga Rp60 juta. Meski kondisi semakin sepi, pria berusia 68 tahun itu tetap mensyukuri rejeki yang ada. Sebab pelanggannya terlanjur sudah hapal tokonya. Dia takut pindah jualan akan membuat pelanggannya pergi. Bukan cuma itu, harga kios yang relatif terjangkau menjadi pertimbangan tersendiri. Sebab, di beberapa ruas jalan rata-rata sewa kios sudah Rp20 juta per tahun. \"Ya dijalani, dinikmati dan disyukuri saja,\" kata warga Kampung Wanasari, Keluharan/Kecamatan Kesambi. Kondisi demikian juga dialami oleh Rahmat Hidayat. Kendati demikian, dia sedikit bersyukur dengan kehadiran pedagang kaset yang kontribusi besar terhadap jumlah pengunjung. Paling tidak, ada warga yang satu dua orang mampir setelah melihat-lihat kaset. Dengan kondisi Pasar Balong yang kurang terurus itu, baik sarana maupun prasarannya sudah dipastikan kondisi Pasar Balong semakin lesuh dan tak bergairah. \"Lesu dan Sepi. Pemerintah mesti peduli dengan aset Pasar Balong ini karena sangat sayang sekali kalau kondisinya terus demikian,\" tutupnya. Lesunya aktivitas perdagangan juga berdampak pada minimnya retribusi yang masuk ke Perumda Pasar. Kepala Pengelola Pasar Balong, Heri S menyebutklan, setiap harinya pedagang hanya membayar uang kebersihan dan kemanan Rp5 ribu. Untuk parkir kendaraan motor dikenakan Rp1 ribu dan mobil Rp2 ribu. \"Ya paling tiap hari ada pemasukan retribusi Pasar sekitar Rp300 ribuan. Di sini jumlah pedagangnya saja sekitar 100 orang,\" katanya. (*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: