Pasar Sumber Jadi Komoditi Politik, Gotas Mulai Curiga Anggaran

Pasar Sumber Jadi Komoditi Politik, Gotas Mulai Curiga Anggaran

SUMBER - Pemerintah Kabupaten Cirebon sepertinya masih bingung dalam melakukan pembangunan Pasar Sumber. Kendati demikian, Asisten Bidang Pembangunan dan Perekonomian Setda, Bappeda dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) tengah mempelajari rekomendasi DPRD Kabupaten Cirebon agar pembangunan Pasar Sumber tetap di lokasi lama. Kepala Disperindag Kabupaten Cirebon, Erry Achmad Husaeri kepada Radar mengatakan, untuk pembahasan Feasibility Study (FS) apakah berlanjut atau tidak, usai mempelajari rekomendasi dari DPRD. Artinya, yang harus dilakukan saat ini, membahasnya secara serius dengan para pedagang. “Ketika ada kesepakatan dari pedagang, mau dengan ukuran sekian-sekian dan tidak menyalahi aturan. Maka, revitalisasi pun bisa dilakukan. Tapi, sebelum revitalisasi, kita akan konsultasikan dulu dengan Kementerian Perdagangan,” katanya. Kalau pihak kementerian tidak memperkenankan revitalisasi, maka rencana pembangunan Pasar Sumber yang lama harus dikaji ulang. Jika itu yang terjadi, solusinya FS harus berjalan. “Jangan sampai FS itu terlambat. Usulan konsep revitalisasi tetap ada, begitupun relokasi,” katanya. Sementara itu, Wakil Bupati Cirebon H Tasiya Soemadi kembali angkat bicara. Setelah melakukan komunikasi dengan Disperindag, dirinya mempertanyakan, besarnya anggaran untuk pembangunan pasar darurat ternyata senilai Rp1,5 miliar. Anggaran tersebut menggunakan APBD tahun 2015 lalu. Logikanya, jika anggaran Rp1,5 miliar, maka untuk pengerasan jalan di dalam pasar yang kira-kira menghabiskan Rp100 sampai 200 juta, harusnya bisa dilakukan. “Ngurug jalan 10-20 truk saja cukup. Setelah itu dilakukan pengerasan,” kata mantan ketua DPRD Kabupaten Cirebon dua periode itu. Politisi PDI Perjuangan itu mengaku kesal dengan Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (DCKTR), Sugeng Raharjo. Pasalnya, tidak ada respons sedikitpun terkait Pasar Sumber. “DCKTR ini paling susah dihubungi. Saya telpon saja tidak diangkat. Kalau Disperindag kadisnya masih mau ngangkat,” ungkapnya. Sementara itu, permasalahan Pasar Sumber yang kian hari makin memanas dan belum ada penyelesaian, mengundang perhatian pengamat pemerintahan Dedi Supriyatno. Menurutnya, konflik isu Pasar Sumber bukan hanya area kepentingan pedagang dengan pemerintah, namun sudah menjadi komoditas elit politik. “Saya perhatikan dari hari ke hari, kelihatannya yang muncul para elit politik kita di Kabupaten Cirebon. Mereka saling menyatakan berpihak kepada masyarakat dan pedagang. Justru karena itulah yang membuat makin ramai dan liar,” ujar pria yang juga sekretaris Majelis Pertimbangan Serikat Petani Indonesia Kabupaten Cirebon. Menurut Dedi, pihaknya ingin permasalahan Pasar Sumber jangan dimanfaatkan sebagai area kepentingan politik. “Sudahlah stop! Jangan jadikan permasalahan Pasar Sumber ini jadi komoditas politik para elit. Kasihan para pedagang, jangan sampai dikorbankan hanya untuk kepentingan elit politik belaka,” tegasnya. Dedi mengungkapkan, yang diinginkan pedagang hanyalah kembali berdagang di pasar yang lama. “Ada demo mendukung relokasi, ada juga demo tetap berdagang di Pasar Sumber yang lama. Terus seperti itu. Kasihan pedagangnya,” bebernya. Pihaknya sangat yakin, jika kondisi antar elit politik tetap gontok-gontokan seperti sekarang, maka pembangunan Pasar Sumber sulit diselesaikan. Lagi-lagi, yang menjadi korban tetap pedagang. “Sudahlah sekarang bagaimana caranya memikirkan pembangunan Pasar Sumber sesuai keinginan pedagang,” pungkasnya. (sam/den)      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: