Order 2 Hari sebelum Eksekusi, “Paket” Tiba Terlambat Pukul 03.00 Pagi

Order 2 Hari sebelum Eksekusi, “Paket” Tiba Terlambat Pukul 03.00 Pagi

CIREBON- Tak banyak data yang diungkap polisi dari kasus pembunuhan berencana yang terjadi di Desa Tuk Karangsuwung, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon. Padahal, peristiwa ini cukup menyita perhatian. Korban yang hendak dikubur oleh para pelaku, ternyata masih hidup. Korban sendiri akhirnya meninggal dunia di RSUD Gunung Jati. Polisi belum mengungkap banyak data dengan alasan masih melakukan penyelidikan. Sebenarnya beberapa pelaku sudah ditangkap. Tapi, penyidik belum ekspos ini ke publik. Sejak Sabtu (14/5) hingga Minggu (15/5), Radar Cirebon mencoba menelusuri perjalanan kasus ini. Tentu, dimulai dari Desa Tuk Karangsuwung. Salah satu nama penting di balik terbongkarnya kasus ini adalah Suryadinata alias Akhli. Rupanya dua hari sebelum insiden itu, Akhli menerima orderan untuk membuat galian kuburan. Tujuannya, menguburkan mayat pada malam hari dengan bayaran Rp10 juta. Tidak biasanya ada warga yang menguburkan jenazah pada malam hari. Apalagi dengan bayaran yang begitu mahal. Yang memberikan order tersebut adalah tetangga Akhli sendiri, Dimang (29), laki-laki berambut gondrong yang sudah lama dikenal Akhli. “Yang order itu namanya Dimang,” tutur Kaur Program Desa Tuk Karangsuwung, Deni Maulana saat ditemui Radar Cirebon, Sabtu lalu (14/5). Penghubung antara Dimang dan pelaku lainnya adalah seorang pegawai pasar. Menurut Deni, Akhli bingung saat menerima orderan itu. Akhli lalu berkoordinasi dengan Polsek Lemahabang. Semua Akhli berniat menolak, tapi polisi memintanya menerima orderan tersebut sekaligus untuk menjebak para pelaku. “Khawatirnya kalau saat itu ditolak oleh Akhli, pelaku akan memakai jasa orang lain dan kasusnya malah tidak terungkap,” imbuh Deni Maulana. Akhirnya di hari yang telah ditentukan, Rabu (11/5), tim gabungan pun bersiap. Aparat gabungan yang terdiri dari polisi dan pihak pemerintah desa berjaga di sejumlah titik yang telah ditentukan. “Kita sudah siap-siap dari jam 4 sore. Karena informasi terakhir paket akan dikirim pada jam 10 malam,” tutur Deni. Berjam-jam ditunggu, rupanya paket kiriman tak kunjung datang. Beberapa anggota tim sudah mulai tidak sabar. Apalagi sudah menunggu sejak sore. Hingga akhirnya Kamis dini hari (12/5) sekitar pukul 01.00 belum terlihat ada tanda-tanda kedatangan paket yang “dijanjikan” itu. Karena kelelahan, sebagian tim memilih beristirahat di rumah-rumah penduduk. Ada yang tetap siap siaga di kuburan, ada juga yang siaga di gang-gang, dan beberapa titik lainnya. “Pokoknya di semua titik kita siaga. Biar ketika paket masuk langsung kita sergap. Tapi sampai dini hari belum juga datang,” tambah Deni. Tapi tepat pukul 03.00 WIB, ponsel milik Deni berbunyi. Dering telepon pertama tersebut tak sempat terangkat olehnya. Setelah bunyi dering telepon berhenti, tiba-tiba masuk pesan SMS dari Akhli yang mengatakan paket sudah tiba. “Mendapat SMS itu, saya langsung telepon lagi tim-tim yang tadi sudah pada bergeser ke rumah-rumah warga. Saya sendiri langsung mencoba melihat situasi dari kegelapan dengan ditemani dua warga lainnya,” katanya. Saat itu, dengan jelas Deni melihat sesosok tubuh wanita nampak digotong keluar dari mobil Avanza hitam nopol E 1014 BF oleh tiga orang. Kaki korban saat itu nampak masih terlihat bergerak-gerak, berusaha menendang-nendang. Namun itu tak lama karena satu pelaku lainnya terlihat dengan kedua tangannya mengangkat sambil mencekik bagian leher korban. “Saya saat itu masih tetap berkoordinasi dengan tim yang lain, sampai akhirnya mobil Avanza tersebut pergi dan suasana mulai sepi,” jelasnya. Deni sendiri tak langsung melakukan penyergapan. Dia memilih menunggu polisi. Saat pihak kepolisian datang, suasana makam sudah sepi. Dibantu warga lainnya, polisi kemudian mencari-cari tubuh korban. Lama dicari, tak kunjung ketemu. Tim pun sempat putus asa. Rupanya saat polisi dan warga sedang mencari-cari korban, ada seorang pria berambut gondrong yang belakangan diketahui bernama Dimang (pemberi order), ikut mencari tubuh korban. Nah, dari keterangan Akhli, saat itu juga polisi akhirnya mengamankan Dimang dan menginterogasinya. “Setelah didesak, akhirnya Dimang buka suara. Tubuh korban rupanya disimpan di samping tembok di dekat pos kamling. Posisinya ditutupi dengan dua batang pohon pisang dan ranting-ranting. Yang saya lihat pertama itu bagian kakinya,” beber Deni. Dari Dimang inilah kemudian polisi menangkap Sigit , Feby, dan satu pelaku lainnya yang merupakan pegawai pasar yang bertugas mengantarkan paket ke kompleks makam Desa Tuk Karangsuwung. Lalu,apa motif di balik kejadian ini? Inilah yang masih simpang siur. Polisi hanya menyampaikan bahwa kasus ini bermotif cinta segitiga. Tapi, sebagian informasi juga menyebut kasus ini terkait narkoba. Publik tentu masih menunggu pengungkapan dari pihak kepolisian. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: