Pohon Tua Ditebang, Ini Kata Kades Cilimus

Pohon Tua Ditebang, Ini Kata Kades Cilimus

KUNINGAN – Penataan alun-alun Desa Cilimus termasuk di dalamnya penebangan pohon karet rupanya sudah jadi komitmen antara Bupati (alm) Hj Utje Ch Suganda MAP dengan Kades Cilimus tahun 2015 lalu. Tak heran jika tidak ada penolakan dari Kades Cilimus H Mulyadin tatkala beberapa hari lalu pohon karet bersejarah itu ditebang. Hal ini dijelaskan oleh Hj Henny R, pelaksana di lapangan yang kebetulan menjabat Kades Linggasana Kecamatan Cilimus. Saat ditemui Radar Kuningan di kediamannya, ia menyebutkan, alun-alun itu hendak dibangun taman hijau dengan aneka jenis tanaman. “Nanti juga gambar tiga dimensinya akan dipampangkan. Biar masyarakat Cilimus tahu. Karena memang di Cilimus kurang sosialisasi ke masyarakatnya,” kata Henny, kemarin (10/6). Henny sendiri mengaku baru mengetahui gambar rencana pembangunan taman. Padahal ia yang mewakili suaminya, Pepen (pengembang), memiliki peranan besar dalam penebangan pohon karet bersejarah tersebut. Saat itu, Hj Henny menceritakan prosesi penebangan yang diawali dengan proses ritual yang mendatangkan orang pintar (paranormal, red) dari Garut. “Secara mistis, para penghuni di pohon karet tersebut sudah enggak betah di sana. Ada yang kembali lagi ke tempat asalnya, ada pula yang dipindahkan ke Cibulan. Kalau ada apa-apa, saya siap jadi tumbalnya,” tandas Henny. Terkait proyek penataan alun-alun itu, dia menyebutkan ada dua paket. CV SS Infrastruktur yang ditangani oleh suaminya hanya menangani infrastruktur bagian depan semata. Nominal dananya hanya Rp 200 jutaan. Sedangkan untuk paket lainnya dilaksanakan oleh BPLHD (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah). “Jadi jangan salah tanggap. Suami saya hanya infrastruktur bagian depan saja dari Dinas Tata Ruang dan Ciptakarya (DTRCK). Untuk proyek besarnya oleh BPLHD. Pagu anggarannya kalau tidak salah Rp600 jutaan. Nanti akan ditanami aneka jenis pohon yang berfungsi serapan air,” aku dia. Kepada instansi yang menangani, Hj Henny meminta agar gambarnya dipampangkan. Ia menyadari mestinya dari awal masyarakat diberitahu rencana penataan alun-alun. Sehingga tidak terjadi kegaduhan seperti sekarang. “Ini kurang sosialisasi dan koordinasi. Tidak semua masyarakat diinformasikan rencana penataan alun-alunnya. Kalau di Desa Linggasana, semua diajak berembuk. Seribu undangan pun kami sebar. Rapat bisa berlangsung sampai tiga hari. Mungkin tiap desa itu berbeda-beda,” ungkapnya. Jangankan masyarakat Cilimus, dia sendiri pun baru mengetahui setelah memaksa untuk meminta gambar ke dinas terkait. Untuk itu, pihaknya meminta agar gambar tiga dimensi terkait rencana penataan alun-alun dipampangkan. Ditanya hendak dijadikan apa bekas tebangan pohon karet itu, Hj Henny menyebutkan akan ditanami rerumputan. Di bagian depannya, akan dibangun area parkir yang berdekatan dengan jalan raya. Sekali lagi ia menegaskan, suaminya itu hanya mengerjakan infrastrukut bagian depan saja dari DTRCK. “Cerita awalnya dulu, setahun lalu (2015, red), saya ditelpon oleh Bunda Putri diajak merapat ke rumahnya. Saat itu ada almarhumah bupati beserta pak Aang untuk membicarakan rencana penataan alun-alun Cilimus,” pungkasnya. (ded)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: