Gerobak Tukang Bangunan Disulap Jadi Perpustakaan Keliling

Gerobak Tukang Bangunan Disulap Jadi Perpustakaan Keliling

Meningkatkan minat baca tidak mesti melalui perpustakaan yang besar dengan berbagai fasilitas serba lengkap. Dengan gerobak dorong yang biasa dipakai tukang bangunan pun, bisa sangat membantu. Selain lebih murah, mobilitasnya pun lebih luas karena bisa masuk ke gang-gang sempit. Laporan: Deden Umam, Kuningan Apa yang terlintas di benak Anda jika berpikir tentang gerobak? Pastilah akan terbayang tentang penjual kaki lima ataupun para pengangkut sampah. Namun di tangan para pemuda Dusun Manis, Desa Kalimanggis Kulon, Kecamatan Kalimanggis, gerobak bisa bermakna lain. Pemuda ini mengolah gerobak menjadi media mencerdaskan masyarakat yakni sebuah perpustakan keliling. Sepekan sekali mereka berkeliling membawa buku agar bisa dibaca oleh anak-anak maupun masyarakat lainnya yang ada di desa-desa terpencil. Sarana dan prasarana yang kurang memadai, tidak dijadikan penghalang. Taman baca Hipapelnis ini terus digalakkan dengan berkeliling desa meski menggunakan gerobak. “Maka dari itu kami namakan GBK yaitu Gerobak Baca Keliling. Seminggu sekali kami rutin keliling agar buku-buku ini bisa dijangkau oleh masyarakat luas,” tutur salah seorang pemuda setempat, Rudi Komaruddin. Baru-baru ini, GBK tersebut singgah di Kampung Seuseupan, Dusun Pahing, Desa Kalimanggis Kulon, menggelar stand gemar membaca. ”Kegiatan GBK ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca anak-anak dan berupaya memberikan pendampingan pendidikan secara non formal,” jelasnya. Dia mengatakan, tidak semua anak peserta didik mendapatkan fasilitas penunjang, apalagi di daerah-daerah pedesaan atau daerah terpencil lainnya. Karena minimnya dukungan dari unsur-unsur terkait, maka pihaknya hadir di tengah-tengah permasalahan tersebut untuk memberikan sedikit bantuan solusi. “Setidaknya dengan cara ini ada satu solusi yang dapat ditawarkan kepada masyarakat agar generasi penerus bangsa ini gemar membaca,” ujarnya. Menurut Rudi, minat baca masyarakat Kuningan masih memprihatinkan. Kisarannya hanya diangka 2 persen. Dia tidak habis pikir sisa dari 2 persen tersebut masih sangat besar. “Kami kira 98 persennya dialihkan kepada kegiatan-kegiatan hiburan dan pemuas diri, seperti main game online, playstations, berbagai aplikasi smartphone, tv, dan lainnya. Jelas ini sangat memprihatinkan,” tandasnya. Pemuda yang beberapa waktu lalu dinobatkan sebagai Pemuda Pelopor Kuningan 2016 itu menambahkan, saatnya para pemangku kebijakan dan stakeholders tidak hanya memandang dengan sebelah mata. Tetapi harus bisa menyokong kegiatan real and original yang dilakukan para pemuda. “Kami berharap adanya peran serta dan nyata dari berbagai elemen kemasyarakatan, unsur-unsur pembuat kebijakan. Dengan begitu baru bisa bergandengan tangan wujudkan cita-cita Bangsa dan Negara,” harap pemuda berkumis itu. (*)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: