Mudik dengan Bajaj; Bensin Habis Rp120ribu, Cek Oli Tiap 3 Jam Sekali

Mudik dengan Bajaj; Bensin Habis Rp120ribu, Cek Oli Tiap 3 Jam Sekali

Suara derungan bajaj mulai menyala setelah Noval (28) dan Mul (30), selesai beristirahat di Jalan By Pass Kedawung Kabupaten Cirebon. Mereka bakal melanjutkan perjalanan ke kampung halaman Dukuhturi, Tegal. Berbeda dengan yang lain, kakak beradik ini menggunakan bajaj untuk mudik. Bagaimana rasanya sensasi mudik menggunakan bajaj di tengah banyaknya motor berseliweran? Laporan: JAMAL SUTEJA, Cirebon Saat itu jarum jam menunjukkan pukul 11.00 siang. Terik matahari rupanya kurang bersahabat. Bajaj yang dikendarai oleh Mul (30), warga Tegal berhenti di pinggir Jalan By Pass kedawung. Ini sudah yang kelima kalinya, bajaj itu berhenti sejak menempuh perjalanan jauh dari Jakarta pukul 11.00 malam. Dia pun turun untuk beristirahat sambil mengecek oli mesin kendaraan. Maklum saja, setiap tiga jam sekali oli mesin bajaj harus dicek. Kalau olinya kurang ia tambahkan lagi, agar mesin kendaraan bisa tetap berjalan. \"Kalau olinya habis, mesin bisa rusak,\" ungkap Noval (28) kepada Radar. Itu menjadi risiko sekaligus seni mudik dengan menggunakan bajaj. Noval mengatakan dia lebih memilih mudik menggunakan bajaj karena ingin ada seni dalam perjalanan. Ketimbang harus berdesakan di dalam bus atau berpanas-panasan dengan motor. Bajaj bisa menjadi pilihan mudik yang lebih nyaman. Dalam satu bajaj itu, ikut adik perempuan dan juga istri dan anak kecil. Sementara barang bawaan ditaruh di atas bajaj dengan diikat kencang menggunakan tali. Setiap tahun, kakak dan adik yang mengadu nasib sebagai tukang bajaj ini pulang kampung juga menggunakan kendaraan roda tiga itu. Bajaj tersebut, bukan miliknya, akan tetapi milik orang lain. Akan tetapi, bisa dipakai untuk mudik dengan terlebih dulu izin kepada pemilik. Noval mengaku apabila dibandingkan dengan naik bus, ongkos mudik mengendarai bajaj terbilang lebih murah. Satu kali jalan, dari Jakarta-Tegal dia hanya menghabiskan Rp120 ribu untuk membeli bahan bakar. Sementara kalau mudik dengan bus, ongkosnya bisa lebih mahal. Apalagi saat Lebaran, tarif angkutan naik. Biasnya Rp60 ribu/orang bisa naik Rp70-80ribu. \"Kalau bawa keluarga empat orang saja sudah Rp 280ribu,\" sebutnya. Bukan hanya Mul dan Noval yang mudik menggunakan bajaj. Menurut Mul, saat berangkat dari Jakarta ada sekitar 10 bajaj yang mudik. Namun di tengah jalan mereka berpencar. Risiko lain mudik dengan bajaj adalah mogok. Hal itu yang dialami oleh Sipit, pemudik asal Losari. Dia mengaku mogok karena telat mengecek oli mesin. Kalau sudah begini, ia pun harus rela mendorong bajaj supaya bisa nyala kembali. \"Ya beginilah risikonya, kalau bajaj. Susah kalau sudah mogok karena kan tidak ada bengkelnya, harus mekaniknya langsung,\" ucapnya. Namun hal ini terobati ketika mereka kemudian bertemu dengan keluarga saat hari raya idul fitri di rumah. Selamat Lebaran sobat! (*)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: