Proyek Perluasan Masjidil Haram Mandek, Pria Asal Majalengka Ini Beralih Profesi

Proyek Perluasan Masjidil Haram Mandek, Pria Asal Majalengka Ini Beralih Profesi

Sejak menginjakan kaki di Makkah pada Minggu (26/6) lalu, saya penasaran tentang nasib ribuan karyawan asal Indonesia yang bekerja di proyek perluasan Masjidilharam. Sebagaimana diketahui, proyek yang dikerjakan perusahaan konstruksi Bin Laden tersebut diberhentikan pemerintah Kerajaan Arab Saudi, usai insiden jatuhnya salah satu alat berat (crane) pada September 2015. **** MESKI saya mengantongi sejumlah nomor kontak bekas pekerja Bin Laden asal Indonesia, namun agak sulit dijadikan narasumber. Sebagian karena khawatir diketahui pemerintah setempat karena masalah legalitas telah bekerja di tempat lain. Dan sebagian yang lain, karena kesibukan kerja, sehingga kesulitan untuk ditemui. Beruntung salah satu pekerja di perusahan Bin Laden bernama Muhammad Deri Ikhwanuddin Bin Sirojuddin (23) bersedia ketemuan dengan saya di Hotel Hilton, Senin (4/7) lalu. Saat bertemu, pria asal daerah Talaga, Majalengka ini masih mengenakan pakaian gamis ala Timur Tengah, lengkap dengan kacamata hitamnya, serta memakai peci putih. Karena ia sedang bekerja sebagai pembimbing umrah dan haji di salah satu travel asal Jakarta, ia hanya memiliki waktu singkat berbagi pengalaman saat bekerja di perusahaan Bin Laden. Pria yang akrab disapa Deri ini menuturkan, asal mulanya bekerja di bagian perkayuan pada proyek perluasan Masjidilharam saat mendapat informasi lowongan kerja di Arab dari teman-temannya sesama jamaah pengajian di Bandung pada awal 2015. Saat itu, ia sendiri sedang bekerja di salah satu cafe ternama di Bandung. Berkat dorongan sejumlah pihak, akhirnya Deri memutuskan ikut melamar di perusahaan Bin Laden. Apalagi, ia sendiri sudah tak betah bekerja di cafe tersebut. Meski ia tak memiliki pengalaman bekerja di dunia konstruksi, Deri diterima bekerja di Bin Laden per Agustus 2015 dengan kontrak satu tahun. Ia pun segera mengurus visa kerja dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp8 jutaan. \"Kalau tidak lewat Bin Laden, alias ngurus sendiri biayanya bisa ratusan juta,\" ungkapnya. Sayangnya, kata dia, baru bekerja selama lima bulan, insiden crane roboh membuat seluruh pengerjaan renovasi dan perluasaan Masjidilharam dihentikan oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi hingga batas waktu yang tidak ditentukan. \"Terus terang saya sebetulnya masih ada ikatan kontrak kerja dengan kontraktor Bin Laden, kira-kira dua bulan lagi. Namun, setelah kejadian alat berat roboh di Masjidilharam pada September 2015, saya lebih memilih keluar dari asrama,\" tuturnya. Deri beralasan, keluar dari asrama bersama sebagian karyawan lainnya karena tak tahan menganggur, meski pihak perusahaan tetap menggajinya sebesar 2 ribu rial per bulan. Sementara sebagian karyawan lainnya hingga kini masih bertahan di asrama Bin Laden. \"Gaji 2 ribu rial per bulan itu bersih, karena pihak perusahaan memberikan makan sehari tiga kali. Bahkan, saat pengerjaan proyek berlangsung, kerja setengah hari juga tetap digaji penuh tanpa potongan. Yang penting kerjaan kita ada mengerjakan hingga pukul 17.00,\" jelas Deri yang juga lulusan SMA Cigugur, Kuningan ini. Meski kesejahteraannya dijamin perusahaan, Deri mengaku tak akan memperpanjang kontraknya jika nanti proyek perluasan Masjidilharam dilanjutkan. Pasalnya, ia sekarang lebih nyaman bekerja sebagai pembimbing jamaah haji dan umrah. \"Alhamdulillah penghasilan dari Travel Haji dan Umrah sebesar 200 rial per hari cukup untuk biaya hidup di Saudi. Meski godaannya juga banyak, seperti harus menahan uang tip dari jamaah,\" katanya. Menurut Deri, bekerja sebagai pembimbing haji dan umrah di Saudi harus berorientasi ibadah semata. Jangan sampai mendahulukan urusan duniawi, seperti segala yang berkaitan dengan jamaah dinilai hanya dengan uang. \"Selain itu, di Saudi juga harus menahan godaan menikah dengan sesama tenaga kerja. Karena kita tidak tahu, apakah para calon isterinya itu masih lajang atau sudah menikah, tapi mengaku masih singel,\" beber Deri. Ia mengungkapkan, untuk menjaga hal yang berbau negatif, ia menganjurkan agar para tenaga kerja di Saudi menjaga akhlaknya dengan mengikuti sejumlah pengajian. Deri sendiri sejak menginjakan kakinya di Saudi sudah ikut pengajian di kediaman Sayyid Ahmad Muhammad Alawi Almaliki Alhasani di daerah Rasifah. \"Khusus bagi tenaga calon kerja Saudi, agar meluruskan niatnya terlebih dahulu sebelum berangkat menjadi TKI. Karena di Saudi ini selain harus memiliki keahlian, juga harus ingat kampung halaman. Insya Allah meski saya sendiri di Saudi minimal sepuluh tahun, komunikasi dengan keluarga di Majalengka tak terputus,\" imbuhnya. (priyo/rakyatcirebon)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: