Sindikat KTP Palsu Terungkap, Bank Lebih Hati-Hati

Sindikat KTP Palsu Terungkap, Bank Lebih Hati-Hati

CIREBON- Terkuaknya kasus KTP palsu yang diduga dipesan oknum marketing bank, membuat perbankan di Cirebon meningkatkan kehati-hatian. Wakil Pimpinan BNI Kantor Cabang Utama (KCU) Cirebon Asep Budi Herdiana mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) untuk mendapatkan informasi akurat terkait data diri nasabah yang masuk. “Kalau dari sendiri saja nggak cukup. Seperti yang polisi bilang, secara kasat mata susah dibedakan mana yang asli dan palsu (KTP palsu, red). Jadi lebih baik cek langsung,” katanya kepada Radar Cirebon, kemarin (23/8). Cara lain yang dilakukan ialah kroscek melalui data BI checking. Sayangnya oknum pembuat identitas palsu sengaja menerbitkan KTP palsu, sehingga saat pihak bank melacak BI checking nama yang bersangkutan tidak akan muncul. BNI juga selalu melakukan kunjungan ke tempat nasabah. “Seandainya pengajuan untuk modal usaha, kami cek tempatnya,” katanya. Asep tak menampik ada oknum marketing nakal yang biasa bekerja sama dengan nasabah untuk memuluskan proses administrasi. “Tapi selama ini di BNI yang seperti itu (marketing nakal, red) nggak ada,” akunya. Di BNI sendiri marketing dan analis punya job desk masing-masing. Artinya, marketing hanya bertugas mencari nasabah, sedangkan yang bertugas kroscek dan meloloskan nasabah adalah analis. Marketing sangat berperan penting sebagai jembatan antara nasabah dan pihak bank. Dengan terkuaknya kasus ini, Asep mengatakan akan lebih berhati-hati melakukan verifikasi sesuai standar. Kewaspadaan bukan hanya dilakukan pada pengajuan kredit. Sebab, KTP juga dibutuhkan untuk pembuatan rekening. “Bisa saja sang oknum juga membuat rekening palsu untuk penampungan dana atas nama orang lain. Mengajak orang lain mentransfer sejumlah dana dengan berkedok sumbangan atau lainnya,” katanya. Senada dikatakan Manager Area Bank Mandiri Cirebon Ferry Kurnia. Dia mengungkapkan, untuk kroscek keaslian KTP saat bank merasa ragu pada identitas nasabah, tak jarang pihaknya meminta informasi pada penerbit KTP, dalam hal ini kelurahan atau kecamatan setempat. Kedua, secara internal Mandiri rutin melakulan sosialisasi kewaspadaan pemalsuan data atau dokumen. Hal ini juga upaya untuk mengingatkan setiap pegawai agar lebih berhati-hati. Apa yang membuat pihak bank mencurigai satu identitas? Ferry menjawab, sekilas bisa dilihat secara fisik. Pada nomor KTP terdapat kode, digit pertama dan digit kesekian punya arti tersendiri. Selain itu bisa pula dilihat kasat mata, seperti halnya mendeteksi keaslian uang rupiah. “Namun tetap saja yang mengetahui asli atau tidaknya adalah penerbit KTP, sehingga kami perlu melakukan konfirmasi,” tuturnya. Sementara itu untuk job desk marketing dan analis, bank BUMN berlogo pita emas ini membaginya sesuai dengan unit kredit. Marketing dan analis adalah orang berbeda untuk kredit mikro dan consumer loan, sedangkan pada business banking tugas marketing merangkap analis. Ferry juga menegaskan oknum marketing nakal di tempatnya tidak ada lagi alias bersih. “Yang bermasalah sudah kami kembalikan ke vendornya dan tidak bekerja lagi di Mandiri,” tegasnya. (tta)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: