Asal Mula Durian Pogog (3); Panen Pertama Tak Ada yang Tahu Durian Jenis Apa

Asal Mula Durian Pogog (3); Panen Pertama Tak Ada yang Tahu Durian Jenis Apa

Jumali Wahyono Perwito atau yang dikenal dengan sapaan Mas Jiwo bukan Robin Hood. Namun, bagi warga di lereng gunung Wonogiri, Jawa Tengah, dia adalah pahlawan. Mas Jiwo dianggap banyak menggerakkan tangan warga untuk berdaya melawan kondisi dusun yang tandus. JIKA dibandingkan dengan jenis durian lain, durian montong dari Thailand punya nilai ekonomis yang lebih tinggi. Mas Jiwo pun mempresentasikan idenya itu kepada warga Pogog. Tanggapan warga beragam. Ada yang setuju, ada pula yang meragukan. Khususnya terkait dengan harga jualnya yang mahal. “Saya bilang kepada mereka, durian ini bisa dijual Rp45 ribu per kilo. Mereka bertanya balik, dengan harga segitu, siapa yang mau beli,’’ tuturnya. Tetapi, Mas Jiwo tidak menyerah. Dia tidak peduli dengan warga yang tidak berminat membudidayakan durian montong. Toh, masih banyak warga yang mau. Dia lalu membagikan bibit pohon durian setinggi 50 sentimeter seharga Rp15 ribu kepada warga. Tiga tahun kemudian, pohon durian yang lantas dinamai durian Pogog itu mulai berbuah. Jumlahnya memang belum banyak. Tapi, kualitasnya super. Panen pertama, tidak ada satu pun yang mengenal durian Pogog. Mas Jiwo kemudian menjualnya kepada teman-teman dekatnya. Salah satunya seorang pejabat di Bappeda Wonogiri. Pejabat itu langsung kepincut dengan durian yang punya daging tebal, biji kecil, kulit tipis, dan bercita rasa manis tersebut. Sejak itu, Mas Jiwo kebanjiran pesanan. Panen kedua, nama durian Pogog mulai dikenal. Semakin banyak yang ingin mencicipi durian yang konon punya cita rasa yang jauh lebih enak daripada durian montong itu. “Durian Pogog umumnya matang di pohon. Sedangkan durian montong baru 70 persen matang sudah dipetik. Pokoknya, kalau sudah coba durian Pogog, nggak mau coba durian lainnya,’’ tegasnya. Keraguan warga soal siapa pembeli durian Pogog yang mahal terpatahkan dengan banyaknya orang yang datang ke Pogog untuk membuktikan cita rasa durian varietas baru itu. ’’Setelah melihat potensi durian Pogog yang begitu besar, warga yang tertarik untuk menanam pohon durian pun bertambah banyak,’’ ungkap Mas Jiwo. Dengan keunggulan rasa durian yang spesial, muncul ide Mas Jiwo untuk mengembangkan Pogog menjadi desa wisata durian. Apalagi, secara kasatmata, buah durian di pohon-pohon budi daya itu terlihat amat menarik. Pohonnya yang tidak tinggi, daunnya yang tidak terlalu lebat, dan buahnya yang besar membuat pengunjung bisa dengan mudah ber-selfie dengan latar buah durian yang siap dipetik. Nantinya, kata Mas Jiwo, pihaknya menata Dusun Pogog dan melengkapinya dengan berbagai fasilitas yang bisa dimanfaatkan pengunjung. Mas Jiwo juga menyiapkan durian raksasa untuk dijadikan alat promosi desa wisata tersebut. Durian Pogog dua tahun berturut-turut mencatat rekor sebagai durian terberat se-Indonesia. (Bersambung/ANDRA NUR OKTAVIANI)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: