Petani Bersyukur Debit Setupatok Melimpah

Petani Bersyukur Debit Setupatok Melimpah

MUNDU - Fenomena La Nina yang mengakibatkan cuaca kemarau basah, rupanya membuat debit air di Waduk Setupatok melimpah. Padahal, saat musim kemarau melanda, Waduk Setupatok kerap mengalami kekeringan. Namun, berbeda pada tahun ini, debit air cukup melimpah untuk mengaliri lahan pertanian di beberapa Kecamatan di Wilayah Timur Cirebon. \"Tahun ini tidak kekeringan, airnya masih melimpah,\" ucap Edi, salah seorang petani di Desa Setupatok kepada Radar, Sabtu (17/9). Diakuinya, pada tahun-tahun sebelumnya saat masa kemarau, debit air Setupatok kerap menurun dan mengalami kekeringan. Namun, tahun ini petani bersyukur debit air di Setupatok melimpah. Sehingga teraliri oleh air. \"Kalau di sini tanam bisa tiga kali, sekarang sudah mulai panen. Nanti bisa tanam lagi karena airnya melimpah,\" tukasnya. Debit air Setupatok sendiri berasal dari air hujan dan juga sebagian dari aliran Sungai Cibulu yang menjadi penyuplai air di Waduk Setupatok. Pada tahun ini, terjadi fenomena anomali cuaca La Nina, sehingga membuat musim kemarau terasa seperti musim hujan. \"Tahun ini, hujan ada terus, jadi debit air Setupatok tidak kekeringan,\" tukas Edi lagi. Pantauan Radar, melimpahnya air di Waduk Setupatok, membuat sejumlah warga memanfaatkan untuk memancing ikan. Jamhari, salah seorang warga Setupatok mengatakan, berbeda pada tahun lalu, Waduk Setupatok yang mengalami kekeringan. Tahun ini, debit air Setupatok melimpah. Hal ini pun dia manfaatkan untuk memancing ikan. \"Sekarang kan airnya melimpah, tapi kalau kekeringan biasanya dimanfaatkan juga untuk membuat batu bata sama warga,\" tukasnya lagi. Forecaster BMKG Jatiwangi, Ahmad Faa Izyin mengatakan, sebenarnya pada awal pertengahan bulan Juni ini, sudah memasuki musim kemarau. Sementara indikasi La Nina pada bulan Juni probabilitasnya mencapai 54 persen. Sehingga menyebabkan peningkatan curah hujan dari kondisi normal. Dengan adanya fenomena La Nina ini, membuat musim kemarau bakal serasa seperti musim penghujan. \"Indikasi La Nina di bulan Juni ini tingkat probabilitas 54 % dan pada Juli-September kondisi La Nina lemah. Hal ini yang menyebabkan peningkatan curah hujan. Musim kemarau tahun ini akan terasa basah,\" terang Ahmad Faa Izyin kepada Radar, kemarin. Menurutnya, saat terjadi La Nina, hujan masih berpotensi terjadi walaupun tidak setiap hari. Fenoman cuaca La Nina sendiri kebalikan dari El Nino. La Nina merupakan suatu interaksi dimana menghangatnya suhu permukaan laut di wilayah Indonesia, sedangkan di pasifik equator tengah suhu muka laut mendingin. \"Selain di seluruh wilayah Indonesia, La Nina juga dirasakan di Australia bagian utara, wilayah sepanjang pasifik equator bagian barat, dan Malaysia,\" paparnya. La Nina adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan suhu permukaan laut Samudera Pasifik dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Akibat dari La Nina adalah hujan turun lebih banyak di Samudera Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia. Dengan demikian, di daerah ini akan terjadi hujan. (jml)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: