Warga Pasir Malati Menambang Pasir di Sungai Cimanuk 

Warga Pasir Malati Menambang Pasir di Sungai Cimanuk 

DAWUAN - Derasnya sungai Cimanuk yang  membelah Desa Pasir Malati Kecamatan Dawuan, memberikan berkah dan rezeki bagi sebagian warga desa setempat. Puluhan warga desa menambang pasir untuk dijual kepada yang membutuhkan. Seorang penambang pasir tradisional asal Desa Pasir Malati, Artasim (53) menuturka dirinya bersama puluhan penambang pasir tradisional mengais rezeki sebagai penambang pasir sejak puluhan tahun lalu secara turun temurun. Di lokasi tambang pasir tersebut ada sekitar 70 orang yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. “Pendapatan rata-rata setiap hari hanya Rp50 ribu per orang,” tuturnya. Dirinya bekerja mulai pukul 06.00 hingga menjelang magrib dengan menggunakan perahu sewaan dilengkapi peralatan manual seperti bambu dan sekop untuk mendapatkan pasir di Sungai Cimanuk tersebut. Biaya sewa untuk perahu hanya Rp30 ribu untuk satu rit. Setiap perahu biasanya terdiri dari 5-8 penambang dengan harga jual satu rit atau satu engkel Rp180 ribu. Untuk mendapatkan satu rit pasir atau satu perahu penuh dibutuhkan waktu sekitar 2 jam bila air sungai cukup deras seperti saat ini, tapi bila airnya tenang hanya dibutuhkan waktu sekitar sejam untuk bisa memenuhi satu perahu. “Kalau air Sungai Cimanuk sedang meluap kami tidak bisa mencari pasir, dan lebih memilih diam di rumah karena tidak memiliki pekerjaan lain selain menjadi penambang pasir tradisional,” tutur Artasim. Penambangan pasir sistem tradisional tidak akan mengakibatkan abrasi sungai. Diia tidak menampik saat ini ada penambang pasir yang menggunakan mesin sedot. Namun bagi penambang pasir tradisional, kehadiran penambang pasir dengan mesin sedot itu bukan saingan karena pasir yang diambil penambang pasir tradisional adalah pasir yang lembut untuk campuran bahan genteng. Sedangkan pasir yang diambil dengan mesin sedot adalah pasir kasar. “Hanya saja dikhawatirkan mesin sedot akan menimbulkan abrasi di sekitar sungai,\" ujarnya. Selama ini para penambang pasir belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Dia berharap pemerintah membantu untuk pengadaan perahu dengan harga Rp7 jutaan dan peralatan tambang untuk meningkatkan penghasilan. “Yang paling penting kami meminta Pemkab Majalengka segera memperbaiki jalan di sekitar tanggul menuju lokasi galian yang kondisinya rusak parah, sehingga saat ini banyak mobil yang enggan masuk ke lokasi tambang,” harap Artasim. Jalan menuju lokasi tambang di Desa Pasir Malati rusak parah, bahkan saat wartawan koran ini  melewati jalan tersebut ada sebuah mobil yang terhenti untuk meratakan jalan dengan material seadanya agar jalan bisa dilewati. (ara)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: