Parah, Abu Sayyaf Ingin Lebih Sering Culik WNI

Parah, Abu Sayyaf Ingin Lebih Sering Culik WNI

JAKARTA-Meski saat ini dilaporkan sedang digempur pasukan bersenjata Filipina dan milisi Moro National Liberation Force (MNLF), kelompok Abu Sayyaf yang berbasis di Filipina Selatan tersebut belum akan berhenti untuk melakukan aksi penculikannya. Parahnya lagi, kelompok bersenjata berkekuatan ribuan orang tersebut juga dikabarkan akan lebih sering lagi menculik Warga Negara Indonesia (WNI). Kabar mengejutkan tersebut disampaikan Mayjen TNI (Pur) Kivlan Zen kepada Jawa Pos. Dia mengatakan, informasi tentang rencana jahat tersebut dia peroleh sendiri dari pimpinan tertinggi milisi MNLF, Nur Misuari yang bersamanya saat berita ini dibuat. Selama ini Misuari merupakan orang terdekat Kivlan yang membantu upaya pembebasan para sandera WNI dari tangan Abu Sayyaf. Berdasarkan informasi yang dia peroleh, Kivlan mengungkapkan, bahwa niat jahat kelompok Abu Sayyaf tersebut tidak hanya didorong oleh motif ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan persenjataan kelompoknya. Namun juga bermotif politik luar negeri, yakni terkait dengan posisi wilayah Sabah bagi Malaysia dan Filipina, khususnya bagi bangsa Moro yang menjadi mayoritas di Filipina Selatan. Dia mengungkapkan, ada laporan intelijen pada 20 September lalu bahwa di Sandakan, Filipina terjadi pertemuan antara intelijen Malaysia, pimpinan Abu Sayyaf yang telah tewas Al Habsy Misaya, dan mantan petinggi MNLF yang telah membelot Yusop Jikiri. “Isinya agar culik lagi khusus orang Indonesia agar MNLF dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte tidak jadi mengadakan peace talk dengan MNLF dan akibatnya kelompok Abu Sayyaf dapat bertambah kuat,” ungkapnya melalui pesan singkatnya, kemarin (3/10). Kivlan menjelaskan alasan WNI yang dipilih menjadi target atau sasaran penculikan oleh kelompok tersebut. Indonesia, terangnya, pernah punya “dosa besar” bagi Malaysia. Indonesia pernah menjadi pihak yang membantu MNLF atau bangsa Moro untuk memperoleh otonomi sementara di Filipina Selatan. Nah, dalam kaitannya dengan wilayah Sabah, dengan hak otonomi khusus tersebut, pihak MNLF memiliki posisi kuat di mata internasional untuk menuntut pengembalian wilayah Sabah dari peta atau kekuasaan Malaysia. “Bangsa Moro (MNLF, red) meminta Sabah dikembalikan kepada mereka. Malaysia tidak terima padahal Inggris (saat masih memerintah di Malaysia, red) hanya menyewa wilayah Sabah dari Kesultanan Sulu pada abad ke-18. Mirip wilayah Macau saat ini,” terang Kivlan. Kivlan mengatakan, bahwa jika informasi tersebut valid, konspirasi tersebut sangat tidak bisa diterima. Karena hal tersebut dapat mengancam keselamatan WNI tidak hanya yang menjadi ABK kapal yang melintas di perairan sekitar wilayah Abu Sayyaf, namun juga bagi WNI yang mengunjungi Filipina sebagai turis atau lainnya. “Abu Sayyaf juga menculik orang asing. Karena itu Abu Sayyaf harus dihancurkan agar tidak menculik lagi,” imbuhnya. Sementara itu, disinggung soal kabar dua sandera WNI yang tersisa di tangan kelompok Abu Sayyaf, Kivlan mengatakan bahwa proses pembebasan dan negosiasi masih berlangsung. “Sabar. Insyaallah dalam waktu dekat bebas,” ujar Kivlan menghibur. (dod)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: