TNI: Kekuatan Udara di Natuna Bukan Provokatif

TNI: Kekuatan Udara di Natuna Bukan Provokatif

NATUNA - Meski masih berada di tengah suhu panas politik luar negeri di Laut Cina Selatan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) tetap melakukan unjuk kekuatan di Pulau Natuna Kepulauan Riau (Kepri), tepatnya di Lanud Ranai Natuna, kemarin (7/10). Unjuk kekuatan yang digelar sebagai rangkaian akhir dari latihan Angkasa Yudha 2016 oleh TNI AU tersebut dilakukan hanya sehari dari HUT ke-71 TNI. Unjuk kekuatan oleh TNI AU tersebut melibatkan puluhan pesawat tempur, pesawat angkut, dan helikopter dari berbagai jenis. Yakni 44 pesawat tempur dari jenis Sukhoi, F-16, T-50i, Hawk, dan Super Tucano. Kemudian 14 pesawat angkut jenis C-130, C-295, dan C-212. Serta 6 helikopter jenis NAS 332, dan SA 330. Kegiatan tersebut juga melibatkan 4 pesawat tanpa awak (drone) yang digunakan sebagai sasaran tembak rudal dan pemantauan sasaran dari udara. Pesawat tempur yang dikerahkan TNI AU dalam latihan puncak tersebut mensimulasikan pertempuran di udara. Selain itu, pesawat tempur yang didatangkan dari berbagai skuadron di seluruh Indonesia tersebut mempertontonkan penghancuran target dari udara. Selain memamerkan kemampuan tempur dari pesawat yang dimiliki, TNI AU melalui latihan puncak tersebut juga menampilkan sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) modern. Di antaranya meriam Oerlikon dan rudal QW 3. Personel yang dilibatkan berjumlah sekitar dua ribu dari berbagai satuan di jajaran TNI AU. Kegiatan itu langsung disaksikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, dan sejumlah menteri kabinet yakni Menkopolhukam Wiranto, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Meski dilakukan di tengah krisis politik luar negeri di Laut Cina Selatan, pihak TNI menyatakan kegiatan tersebut merupakan kegiatan biasa, rutin, dan tidak ada sangkut pautnya dengan situasi yang terjadi di Laut Cina Selatan. “Latihannya sudah berlangsung dua minggu kok,” kata Kepala Dinas Penerangan AU Marsma Jemy Tri Sonjaya, kemarin. Dia menambahkan latihan tersebut untuk menguji profesionalisme dan kesiapan prajurit TNI AU dalam menghadapi ancaman. “Tidak ada hubungannya dengan Laut Cina Selatan,” ujarnya. Sebelumnya, Gatot Nurmantyo juga menyampaikan unjuk kekuatan TNI AU dalam bingkai latihan puncak tersebut tidak bersifat provokatif terkait Laut Cina Selatan. Dia menyatakan bahwa TNI tidak akan menggelar latihan militer apapun dan dengan angkatan bersenjata negara manapun di kawasan Laut Cina Selatan. “Sikap Indonesia adalah menjaga situasi damai dan stabil di Laut Cina Selatan. Jadi kami tidak akan melakukan kegiatan apapun yang akan meningkatkan instabilitas di kawasan itu,” tegasnya. Natuna memang menjadi wilayah yang cukup sensitif bagi internasional. Sebab batas luar utara Indonesia itu sering terkena kasus dimana kapal-kapal penangkap ikan Tiongkok beroperasi. Padahal Indonesia bukan negara pengklaim Laut Tiongkok Selatan (LTS) seperti Filipina yang sedang bertikai dengan Tiongkok. Presiden Jokowi juga menyempatkan diri untuk meninjau pembangunan barak militer gabungan dari tiga matra di Pulau Natuna. Komandan Satgas Swakelola Pulau Natuna, Kolonel (Mar) Teguh Widodo mengatakan pembangunan tersebut sudah berlangsung selama sebulan. Targetnya akan siap dipakai pada Maret 2017. “Yang membangun ini adalah 180 personil marinir. Mereka kerja seperti rayap, cepat,” ujar Teguh di lokasi pembangunan yang terletak di Desa Setengar, Natuna. (dod/bil)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: