Soal Kurikulum, Ini Klarifikasi Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud

Soal Kurikulum, Ini Klarifikasi Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud

JAKARTA - Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud Mustaghfirin Amin menampik bila dituding lulusan SMK yang ikut pelatihan di BLK lantaran kesalahan kurikulum. Menurut dia, ada lima alasan yang melatarbelakangi tamatan SMK masih ikut program balai latihan kerja (BLK). Pertama, karena lulusan tersebut merasa keahlian yang diperoleh selama belajar di SMK belum mantap. Sehingga perlu pendalaman di BLK. Alasan kedua untuk mengejar sertifikasi. Kemudian ada juga lulusan SMK yang ingin melengkapi keperluan dokumentasi portofolio. Ada pula yang menguji kemampuan bidang kejuruan yang dimiliki di BLK. \"Terus yang terakhir karena ingin menambah keterampilan,\" ujarnya saat dihubungi Jawa Pos (Radar Cirebon Group). Data Kemendikbud, lulusan SMK 2016 sebanyak 1,18 juta dari total 12.912 lembaga pendidikan. Sedangkan jumlah industri hanya 519 dengan 463 lowongan pekerjaan tersedia. ”Kami terus bersinergi, BLK sangat membantu untuk melengkapi diri (lulusan SMK, red) agar lebih terampil, berlatih itu bagi semua,” ungkapnya. ”Tapi bukan berarti semua (lulusan SMK, Red) berlatih di BLK, intinya kami bersinergi,” tandasnya. Sebelumnya, Menaker Hanif Dhakiri mempertanyakan kurikulum SMK. KArena masih banyak ditemukan lulusan SMK yang mendalami pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK). Kondisi itu dianggap kontradiktif dengan tujuan SMK. Karena semestinya mencetak lulusan siap pakai di dunia industri. Hanif mengakui hal itu merupakan persoalan di BLK selama ini. Seharusnya, tamatan SMK tidak perlu lagi masuk BLK untuk mengikuti pelatihan. Hanif pun menuding kondisi tersebut disebabkan kesalahan kurikulum yang diterapkan di lembaga pendidikan kejuruan. ”Apa kurikulum di SMK yang salah ya ?,” ujar politisi PKB itu. (tyo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: