Pengalaman Tresnawaty, Dokter yang Melawan Kanker Payudara

Pengalaman Tresnawaty, Dokter yang Melawan Kanker Payudara

DI balik wajah yang riang itu menyimpan banyak kenangan yang menyakitkan. Divonis mengidap kanker payudara, mental dr Tresnawaty SpB langsung drop. Upaya pengobatan pun segera ia jalani. Kuku jadi hitam. Rambutnya pun rontok setelah kemoterapi. Cerita masa lalu yang bisa diambil pelajaran bagi siapa saja. Datangnya kanker baginya bukan berarti \"kekalahan\". Mungkin badannya kalah, tapi jiwanya tidak sama sekali. Ia menang, karena berhasil melalui ujian itu. 2011 menjadi tahun yang berat bagi wanita yang akrab disapa Tresna. Di tahun itu, Tresna divonis mengidap kanker payudara. \"Waktu itu saya merasa ada yang aneh. Ada benjolan di payudara. Saya periksa ke Bandung, hasilnya ada kanker jinak di payudara saya,\" tuturnya mengawali cerita. Setelah divonis, Tresna sempat kepikiran. Kesibukannya menjalani profesi sebagai dokter bedah dan melanjutkan pendidikan S3, membuat Tresna tak punya waktu untuk mengurusi penyakitnya itu. Namun tanpa disangka, empat bulan setelah vonis itu Tresna kembali check up dan hasilnya kanker payudara sudah ganas. \"Saya ini dokter, kok kena kanker payudara? Kenapa cuma beberapa bulan saja sudah ganas. Saya sempat menolak keadaan saat itu,\" ungkapnya. Saat itu, dokter memintanya agar segera dioperasi. Kalau tidak, kanker akan merembet ke organ-organ yang lain. Kalau sudah begitu, nyawa taruhannya. Mendengar kata-kata operasi dan kemoterapi, Tresna merasa seolah tubuhnya tak bertulang. Batinnya bergejolak tak karuan. Berkat keyakinan dan saran dari keluarga, Tresna memberanikan diri untuk operasi dengan mengangkat satu payudaranya. Kemoterapi pun ia jalani selama enam bulan. Rambut rontok, mual, muntah, kuku hitam akibat kemoterapi dirasakan Tresna. Kemoterapi sangat menyakitkan. Beruntung, kehadiran dan cinta yang dicurahkan suami, anak-anak dan keluarga memberikan suntikan semangat untuk berjuang. Selama menjalani kemoterapi, Tresna tetap menjalankan kewajibannya sebagai dokter bedah di RSUD Gunung Jati. \"Asisten bedah saya sempat marah dan kesal, katanya kenapa gak bilang sih dok kalau habis kemo,\" ujar Tresna menirukan asisten bedahnya. Walaupun ia merasa diberi cobaan yang sangat berat, Tresna selalu berpikiran bahwa semua orang pasti meninggal, tapi bukan berarti meninggal karena kanker. Tepat pada 9 Januari 2012, payudara Tresna diangkat. Tresna selalu mengingat tanggal itu karena memberikannya kesan seperti hidup kembali. Dari pengalaman yang ia jalani, kehadiran pendukung sangat penting bagi penderita kanker. Proses panjang yang harus dihadapi penderita kanker membuat mereka membutuhkan sahabat untuk berbagi cerita. Dari pengalaman hidupnya tersebut, Tresna mencoba untuk menebarkan semangat hidup dan berbagi pengalaman untuk masyarakat lewat Komunitas Peduli Kesehatan Payudara (PKP) Cirebon. Tresna selalu mengadvokasi perempuan-perempuan lain untuk melakukan tindakan pencegahan kanker dengan pemeriksaan rutin secara dini. Tresna yakin bahwa harapan hidup sekecil apapun kemungkinannya, layak untuk diperjuangkan. \"Misi utama kami adalah pendampingan mental dan menyemangati para perempuan yang menderita kanker payudara. Saya tau rasanya melawan kanker itu butuh kekuatan dan dukungan,\" pungkasnya. (mik)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: