Selama 100  Kapolri Tito, Publik Masih Belum Percaya

Selama 100  Kapolri Tito, Publik Masih Belum Percaya

JAKARTA-Gebrakan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dalam memperbaiki citra kepolisian belum sepenuhnya terlihat selama 100 hari dirinya menjabat. Sejumlah isu miring menyangkut kinerja Polri beberapa kali masih menjadi perhatian masyarakat. Mulai dari lambannya penanganan kasus sensitif sampai perilaku koruptif oknum anggota Polri. Anggota Komisi Polisi Nasional (Kompolnas) Dede Farhan Aulawi mengatakan, parameter membaiknya citra polisi dapat dilihat dari meningkatnya kepercayaan masyarakat (public trust) terhadap kinerja institusi kepolisian. Nah, sejauh ini kepercayaan itu masih belum begitu baik selama kepemimpinan Tito. Menurutnya, belum membaiknya public trust itu tidak lepas dari internal soliditas di tubuh Polri sendiri. \"Contohnya, ketika ada oknum anggota Polri yang melakukan pelanggaran pidana semestinya ditindak dengan hukum pidana juga,\" kritiknya saat acara Coffee Break with Kapolri di Rupatama Mabes Polri Jakarta, kemarin (11/10). Dede pun menyarankan, penindakan terhadap oknum polisi yang merusak marwah kepolisian harus dilakukan secara solid dari tingkat pusat sampai polsek. Bila perlu, kata dia, penindakan itu di-publish secara luas agar masyarakat mengetahuinya. \"Oknum (polisi, red) yang merusak marwah dibuang saja, masih banyak yang ingin jadi polisi,\" tuturnya. Direktur Imparsial Al Araf menyatakan, isu keamanan dan penegakkan hukum memang menjadi tantangan berat bagi kepolisian. Pun, kepercayaan publik yang begitu besar terhadap kinerja Polri merupakan efek dari peran dominan yang melekat di tubuh korps Bhayangkara tersebut. \"Pertanyaannya sekarang, seperti apa ukuran polisi profesional dan modern ?,\" terangnya. Terlepas dari kinerja Polri di bawah kepemimpinan Tito, Araf menyebut survei kepercayaan masyarakat terhadap upaya menjaga keamanan dan penegakkan hukum yang dilakukan aparat kepolisian di seluruh dunia memang selalu buruk. Hal itu merupakan imbas dari pergeseran harapan masyarakat yang menginginkan polisi menjadi pelindung dari kejahatan dan pengayom publik. \"Ini merupakan tantangan besar bagi polisi,\" bebernya. Sementara itu, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengakui gebrakan program Promoter (profesional, modern dan terpercaya) yang menjadi program prioritasnya sejak dilantik pada 13 Juli 2016 belum sampai ke anggota polisi level bawah. Menurut Tito, butuh waktu untuk mensosialisasikan program Promoter hingga ke jajaran polisi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. \"Secara umum saya melihat kebijakan saya soal Promoter baru sampai di tataran leader manager ke atas, belum sampai di level bawah para bintara,\" dalihnya. Mantan Kapolda Metro Jaya ini berjanji ke depan pihaknya akan lebih banyak mensosialisasikan soal Promoter ke jajaran bawah agar bisa memperbaiki kinerja dan kultur atau budaya Polri sehingga kepercayaan publik pada Polri meningkat.  Tito mengakui, masih adanya Kapolres dan Kapolsek di daerah yang belum secara maksimal menyampaikan program Promoter tersebut ke anggota di bawahnya. \"Saya temukan sendiri di lapangan, saat di Riau dan Jawa Timur. Masih ada Kapolres dan Kapolsek yang tidak mengerti program Promoter. Dia saja tidak mengerti, pasti bawahannya tidak ngerti semua,\" tandasnya. (tyo)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: