Ririn Widya, Satu-satunya Brimob Perempuan di Cirebon; Padahal Cita-citanya Jadi Artis

Ririn Widya, Satu-satunya Brimob Perempuan di Cirebon; Padahal Cita-citanya Jadi Artis

Ada sosok srikandi di Detasemen C Pelopor Brimob Polda Jawa Barat. Namanya Bripda Ririn Widya Lestari. Ia adalah satu-satunya anggota perempuan dalam korps yang biasanya didominasi polisi pria itu. Laporan: MIKE DWI SETIAWATI, Cirebon SOSOKNYA menyita perhatian publik. Terutama saat bertugas bersama anggota Brimob lainnya. Ririn begitu mencolok karena berada diantara personel yang seluruhnya laki-laki. Tapi, meski satu-satunya perempuan di kesatuannya, namun Ririn tak bisa diremehkan. Kekuatan fisik serta kepiawaiannya memainkan senjata membuat Ririn Widya Lestari dikenal sebagai personel yang tangguh. Gadis 21 tahun itu resmi menjadi polisi wanita pada 2013. Sebelumnya, Ririn mengikuti pendidikan di Polda Jawa Barat selama tujuh bulan. Setelah itu, Ririn dipindah selama dua bulan di Pusat Pendidikan Brimob Mabes Polri Watukosek, Pasuruan, Jawa Timur. \"Angkatan 2013 itu polisi wanita Se-Jawa Barat ada lima orang, nah saya ditempatkan di Detasemen C Brimob untuk wilayah Ciayumajakuning,\" ujar Ririn, saat berbincang dengan wartawan koran ini. Keberadaan perempuan yang jarang menjadi anggota Brimob, membuat Ririn semakin tertarik. Ririn menilai, profesi Brimob yang dijalani seorang perempuan adalah profesi yang antimainstream. \"Nggak semua perempuan bisa menjalani profesi ini, beda dari yang lain pokoknya. Jadi punya kebanggaan tersendiri aja,\" ungkapnya. Bakat dan kemampuan Ririn tergabung dalam pasukan brimob yang mengutamakan ketahanan fisik sudah dimiliki Ririn sejak kecil. Ririn kecil lebih menyukai hal-hal yang menantang, tidak seperti kebiasaan perempuan lainnya. \"Inget aja pas kecil main petak umpet, yang lain sih ngumpet di tempat-tempat yang sepi, saya malah naik pohon,\" ujar perempuan yang awalnya bercita-cita jadi artis itu. Mengingat, profesi ini membutuhkan nyali yang cukup besar. Apalagi bagi seorang perempuan.  Dengan pilihan yang ditentukan gadis belia ini, ia mau tidak mau harus menanggung risiko profesinya. Suara ledakan hingga senapan api menjadi akrab di telinga. Latihan fisik seolah menjadi sarapan pagi Ririn. Ririn mengaku, awalnya keluarga cemas dan khawatir. Namun, tanggungjawab pekerjaan harus tetap jalan. Ririn meyakinkan kedua orang tuanya bahwa ia bisa bekerja dengan maksimal dan mengharapkan doa agar senantiasa diberikan kemudahan setiap bertugas. \"Saya juga berdoa, pekerjaan yang saya lakukan, kan, untuk kebaikan jadi, ya, berkeyakinan bahwa semua dapat berjalan dengan baik,\" tuturnya. Bagaimana Ririn beradaptasi dengan tim yang didominasi pria? Ririn mengakui banyak yang bertanya hal tersebut kepada dirinya. Beruntung, ia bisa beradaptasi dengan baik. Ibarat jarum di tumpukan jerami, sebagai seorang perempuan Ririn kerap kali mendapatkan perhatian dari timnya. \"Semua berjalan di koridor yang semestinya, gak ada perbedaan. Kami semua saling menghormati karena memang kami satu tim, tapi kadang karena saya perempuan sendiri jadi temen-temen lebih care,\" bebernya. (*)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: