Ribuan Warga Ikuti Grebeg Syawal

Ribuan Warga Ikuti  Grebeg Syawal

GUNUNGJATI – Ribuan orang berasal dari segala penjuru wilayah Ciayumajakuning memadati kompleks pemakaman Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Kecamatan Gunungjati, kemarin (26/8). Mereka antusias mengikuti Grebeg Syawal Keraton Kanoman Cirebon 1433 H. Masyarakat percaya, apabila mengikuti acara tradisi ritual tahunan akan mendatangkan keberuntungan, terlebih bisa bertemu atau bersentuhan langsung dengan kerabat Kasultanan Kanoman Cirebon, terutama Sultan Kanoman Gusti Sultan Raja Mochammad Emirudin. Menurut Sekretaris dan Juru Bicara Keraton Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi Nurtina ST, Grebeg Syawal merupakan tradisi ritual Keraton Kanoman Cirebon yang dimulai sejak beberapa abad lalu. Prosesi ritual ini ditahbiskan dalam bentuk pengakuan terhadap silsilah para leluhur, dan perhelatan budaya asli Cirebon berisi doa-doa kepada para raja yang telah wafat sebagai pendahulu keraton. “Prosesi ritual keraton ini, esensinya melakukan ziarah kubur Sultan Kanoman Gusti Sultan Raja Mochammad Emirudin yang diiringi segenap keluarga maupun kerabat dekat keraton,” tuturnya. Sesuai agenda Grebeg Syawal Keraton Kanoman, Gusti Sultan beserta rombongan berangkat dari Pendopo Jinem Keraton Kanoman pukul 06.30 dan sampai di Astana Gunung Sembung sekitar 07.00. Selanjutnya Gusti Sultan memasuki Kori Gapura alun-alun dan Kori Krapyak. Kedua Kori tersebut, merupakan pintu gerbang dari pintu-pintu yang dilalui Gusti Sultan beserta segenap keluarga dan kerabat dekat, memasuki pintu ke-8 dan pintu ke-9. Kemudian Gusti Sultan bersama keluarga dan kerabat dekat, melewati Lawang Pitu (tujuh pintu) menuju Sapta Rengga (ruangan dalam makam Syekh Sunan Gunung Jati) yang berada di puncak bukit Gunung Sembung. “Sebelum itu, Gusti Sultan segenap keluarga dan kerabat dekat Keraton Kanoman, melewati tujuh pintu, yaitu Lawang Pasujudan, Ratna Komala, Jinem, Rararoga, Kaca, Bacem dan Teratai. Pintu-pintu itu secara khusus hanya bisa dilewati Gusti Sultan dan keluarga,” kata Ratu. Sesampai di Sapta Rengga, Gusti Sultan dan  segenap keluarga dekat keraton, melakukan tahlil, zikir serta berdoa di makam-makam leluhur. Dimulai dari makam Kanjeng Sunan (Syekh Sunan Gunung Jati) yang berdampingan dengan makam Ibundanya (Ratu Mas Rarasantang) dan makam para leluhur yang selama ini, dikenal sebagai tokoh Cirebon. Di antaranya, Pangeran Cakrabuana (Kakak Ratu Mas Rarasantang), Fatahillah (menantu Kanjeng Sunan), Pangeran Pasarean (Putera Mahkota Kanjeng Sunan), Pangeran Dipati Carbon, Pangeran Brata Kelana, Pangeran Panjunan (Syayid Abdurrahman), Pangeran Kejaksan (Syayid Syarifuddin), Nyi Mas Pakungwati, Puteri Ong Tien Nio dan tokoh-tokoh lain. Secara berurutan, Gusti Sultan melanjutkan tahlil, dzikir dan berdoa pada makam Panembahan Ratu I (cicit Kanjeng Sunan) dan makam Sultan-sultan Keraton cirebon. “Kemudian, istirahat sejenak di Balai laras atau Lunjuk. Kemudian Gusti Sultan dengan diikuti keluarga serta rombongan peziarah, keluar dari Mergu lokasi pemakaman yang biasa digunakan warga Tionghoa berziarah dan berdoa sebagai bagian dari penghormatan terhadap Puteri Ong Tien Nio,” imbuhnya. Prosesi berikutnya, Gusti Sultan menuju Pesanggrahan Kanoman untuk jeda istirahat dan dipersilakan mencicipi hidangan jamuan makan yang disediakan jeneng serta kraman Astana Gunung Jati. Seusai jamuan makan, Gusti Sultan dengan keluarga secara simbolis melakukan tradisi curak (membagikan uang) kepada masyarakat yang ada di sekitar kompleks pemakaman. Beberapa saat setelah itu, rangkaian prosesi ritual ditutup Gusti Sultan, segenap keluarga serta kerbat dekat keraton menuju Lawang Pasujudan untuk pamit pulang kembali ke Keraton Kanoman. “Grebeg Syawal dimaksudkan sebagai rasa syukur atas karunia Allah SWT dapat melaksanakan ibadah puasa selama bulan Ramadan dan puasa sunah 6 hari (puasa syawalan). Prosesi ritual ini, dijadikan media pertemuan (silaturahmi, red) dan mengukuhkan persaudaraan antarumat Islam antara Sultan dengan masyarakat luas yang berziarah di makam Kanjeng Sunan (Syekh Sunan Gunung Jati, red). Rangkaian prosesi grebeg Syawal dalam banyak sisi, telah mengekspresikan khazanah kebudayaan yang tidak bisa dilepaskan dari spirit masyarakat Cirebon dan masyarakat Indonesia,” kata Ratu Arimbi. (jun)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: