DBD di Samadikum; 5 Warga Terjangkit, 1 Meninggal

DBD di Samadikum; 5 Warga Terjangkit, 1 Meninggal

KESAMBI –Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali marak di Kota Cirebon. Sepanjang Januari 2017 ini, sudah ada lima warga yang dilaporkan terkena penyakit DBD. Bahkan, sekitar 28 Desember 2016 kemarin, ada warga RW 10 Samadikun Utara Kelurahan Kesenden Kecamatan Kejaksan yang meninggal dunia. Ketua RW 10 Samadikun Utara Kelurahan Kesenden, Lukman Santoso mengatakan, salah satu warganya yang meninggal berusia 18 tahun. Remaja tersebut menghembuskan nafas terakhirnya setelah dirawat beberapa hari. “Saya komunikasi sama RW lain, ternyata banyak yang kena DBD,” ujar Lukman, kepada Radar, Kamis (19/1). Lukman berharap, segera ada penanganan dari dinkes dan puskesmas setempat, karena banyak warga yang menjadi korban DBD. Apalagi ada yang sampai meninggal dunia. Di tempat terpisah, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Cirebon Trimulyaningsih SKM MKM mengatakan, memasuki Januari ini, sudah ada lima kasus DBD di Kota Cirebon. Tren kasus DBD mengalami peningkatan di seluruh Jawa Barat pada bulan Januari dan Februari. Khusus untuk Kota Cirebon, tidak ada kenaikan kasus karena pada akhir tahun kemarin, Dinkes gencar melakukan promosi sosialisasi kegiatan PSN. “Januari-Februari tren meningkat. Karena musim hujan,” ucap Tri. Bila PSN dilakukan dengan baik, Tri yakin, DBD dapat dikendalikan. Buktinya, dengan rajin melakukan sosialisasi PSN pada akhir tahun 2016, memasuki Januari ini hanya ada lima kasus DBD. Artinya, hal itu wujud nyata keberhasilan pengendalian penyakit dari nyamuk aedes aegypti ini. Kejadian lima kasus itu, tidak dapat disebut Kota Cirebon endemis DBD. Sebab, penanggulangan DBD harus dimulai dari pola hidup bersih masyarakat itu sendiri. Bahkan, untuk penyemprotan obat pembunuh nyamuk atau lazim disebut foging, bukan merupakan upaya paling paling efektif dalam memberantas DBD. Penanggulangan DBD bukan hanya tanggungjawab Dinkes semata. Melainkan, harus melibatkan semua elemen terkait. Khususnya masyarakat itu sendiri selaku pihak yang paling bertanggungjawab dalam menjaga tidak adanya nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus berkembang biak. Dua jenis nyamuk itu menjadi penyebab penyakit DBD. Selain PSN, pemeriksaan jentik berkala dan penyuluhan kepada keluarga maupun masyarakat, terus dilakukan. “Kalau nyamuk dewasa, bisa dibunuh dengan insetisida atau foging itu. Tapi jentik nyamuk, hanya bisa dimusnahkan dengan langkah fisik, kimiawi dan biologi,” jelasnya. Untuk langkah fisik, lanjutnya, melakukan pemantauan jentik berkala dengan menguras bak mandi seminggu sekali,mengganti air vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng bekas dan sejenisnya. Nyamuk demam berdarah tidak berkembang di selokan atau got kotor. Justru, nyamuk tersebut suka dan berkembang di air bersih seperti bak mandi. Tri menegaskan, foging bukan upaya paling efektif memberantas DBD. Sebab, hanya bersifat sesaat. “Maksimal satu minggu sudah hilang efeknya. Kalau jentik masih ada, berkembangbiak lagi dan nyamuk demam berdarah tambah banyak,” ulasnya. Selain itu, ada prosedur tahapan penanggulangan demam berdarah di lapangan. Yakni Dinkes mengidentifikasi penderita DBD berdasarkan laporan rumah sakit atau warga. Setelah itu, ujar Tri, pihaknya melakukan penyelidikan epidemiologi di 100 meter sekitar rumah penderita atau sekitar 40 rumah tedekat. Bila di lingkungan tersebut ditemukan lebih dari dua orang penderita demam berdarah atau minimal dua rumah dari 40 rumah yang diselidiki, langkah selanjutnya baru melakukan pengasapan atau foging. Tri menambahkan, cara paling efektif memberantas demam berdarah adalah dengan menguras, menutup dan mengubur air di sekitar rumah yang berpotensi menjadi sarang jentik nyamuk berkembang biak. Bila malas melakukan itu, dapat menaburkan bubuk larvasida yang tersedia di puskesmas secara gratis. Tri memastikan, air bak yang tercampur larvasida aman bagi kesehatan. Hal ini sudah di uji dan mendapatkan rekomendasi dari WHO atau badan kesehatan dunia serta Kementrian Kesehatan. (ysf)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: