25 Tahun Mengais Sampah di Kopi Luhur, Kemah Sekolahkan 9 Anaknya

25 Tahun Mengais Sampah di Kopi Luhur, Kemah Sekolahkan 9 Anaknya

  CIREBON - Sebagian besar masyarkat pada umumnya menganggap, sampah  identik dengan kotor, bau, jijik, dan sarang penyakit. Tapi, tidak untuk puluhan pemulung yang setiap hari mengais sampah di  Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopiluhur di Kelurahan Argasunya Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Bagi mereka, TPA bak ladang yang menghasilkan panenan. Dengan penuh tlaten, mereka memilah dan memilih sampah yang memiliki nilai jual. Kemudian, truk pengangkut sampah yang datang ke TPA, mereka ibaratkan seperti musim kemarau yang berganti musim hujan, terasa menyegarkan. Salah seorang pemulung, Kemah mengaku, sudah sekitar 25 tahun menggantungkan hidupnya dari mengais sampah. Dari situlah, ia berhasil menyekolahkan ke-9 anaknya, walau hanya sampai tingkat sekolah menengah saja. \"Ya, walaupun cuma pemulung yang pendapatnya nggak seberapa. Tapi saya bersyukur, bisa menyekolahkan anak-anak saya. Sekarang tinggal dua orang lagi yang masih belajar di sekolah,\" ungkap wanita paruh baya tersebut sambil tersenyum. Kemah mengatakan, dalam sehari ia mampu mengantongi uang Rp30 ribu rupiah dari hasil mengais sampah. \"Jam 7 pagi saya dan pemulung lainnya sudah datang ke sini, buat cari sampah yang bisa dijual,\" kata Kemah sambil memilah milih sampah. Kemah menyebutkan, untuk sampah jenis plastik dan kertas hanya dihargai Rp250 saja untuk setiap kilogramnya. Sedangkan untuk sampah jenis botol-botol bekas minuman, mencapai Rp2500/Kg. \"Ya seneng kalau banyak dapat sampah botol, soalnya harganya lumayan tinggi,\" ujar Kemah sembari merapikan sampah yang ia dapatkan. (fazri)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: