Kampung Cihoetengah Terisolasi,  Nyeberang Jembatan Harus Nunggu Giliran

Kampung Cihoetengah Terisolasi,  Nyeberang Jembatan Harus Nunggu Giliran

 CILEDUG- Satu per satu kendaraan melintas di atas jembatan Kampung Cihoetengah, Desa Ciledug Wetan, Kecamatan Ciledug. Jembatan itu saat pagi, siang, dan juga sore hari cukup sibuk. Ukuran jembatan yang sempit membuat jembatan hanya bisa dilalui satu kendaraan saja. Praktis, warga pun harus ngantri menunggu giliran menyebrang. Jembatan Cihoetengah membentang sepanjang sekitar 30 meter di atas kali Lebak dan sungai Cijangkelok. Jembatan itu menjadi akses satu-satunya yang menghubungkan Blok Cihoe ke Blok Labuan yang masih menjadi bagian Desa Ciledug Wetan. Kedua blok itu memang unik. Karena letaknya yang terisolasi. Untuk ke balai desa saja mereka harus memutar, melewati Desa Cilengkrang dan Jatiseeng baru bisa menuju ke balai desa Ciledug Wetan. Nah, setiap pagi hari kondisi jembatan Cihoe lumayan padat. Terutama lantaran aktivitas anak-anak sekolah dan juga warga yang pergi bekerja. Di Blok Cihoe sendiri sudah ada sekolah dasar. Namun untuk SMP dan SMA, mereka harus pergi sekolah ke wilayah lain. \"Ini satu-satunya akses jalan ke sini, pakai jembatan gantung, gak bisa pakai mobil. Kalau pakai mobil harus muter dulu ke Desa Tanjung Anom,\" sebut Kasmat (67), salah seorang warga Cihoe. Karena ukurannya yang kecil itu, warga yang melintas harus antre nunggu giliran. Seperti halnya, Asih Setio Dewi, yang harus menghentikan kendaraan motornya untuk menunggu giliran menyeberang. Ukuran jembatan hanya cukup dilintasi oleh satu kendaraan. Sehingga apabila ada kendaraan yang berlawanan arah, mereka harus menunggu terlebih dahulu. Asih sendiri berniat mengantarkan anaknya ke sekolah. Setiap pagi hari dia selalu melintasi jembatan itu. Karena itu menjadi akses tercepat menuju sekolah. \"Ya bisa ke jalan lain, tapi harus muter dulu ke Desa Tanjung Anom, terus ke Pasaleman. Jauh aksesnya bisa satu jam ke sekolah, belum lagi jalannya rusak harus melintasi kebun tebu,\" tukasnya. Lebih parah lagi, saat hujan deras. Aliran sungai sampai meluap menutupi akses jembatan satu-satunya itu. Akibatnya, tak ada pilihan lain. \"Kalau sudah terendam gak bisa dilewati,\" ucapnya. Jembatan gantung Cihoe diketahui sudah dibangun sejak tahun 1997. Jembatan itu dibangun oleh TNI. Hingga kini belum ada perbaikan maupun pelebaran. Kondisinya memang masih terlihat kokoh. Namun beberapa bagian kayu yang menjadi alas jalan dalam jembatan itu sudah mulai rontok. \"Belum ada perbaikan lagi sampai saat ini, katanya sih mau ada perbaikan dan pelebaran tahun ini,\" sebut Kasmat menimpali lagi. Warga memang membutuhkan pelebaran jembatan. Itu lantaran mereka cukup kesulitan untuk mengangkut barang yang banyak menggunakan mobil. Misalnya saat mengangkut hasil panen tebu, atau untuk mengangkut material bangunan. \"Kalau bawa barang, angkut material ya harus muter jalannya. Kalau ke sini kan gak bisa,\" sebutnya. Lokasi kampung Cihoe memang cukup jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Kampung itu berada di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. (jml)        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: