Harga Bawang di Tingkat Petani Masih Rendah

Harga Bawang di Tingkat Petani Masih Rendah

CIREBON - Wajah Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Herman Khaeron tiba-tiba mengkerut. Dia seolah-olah tidak percaya saat melihat penuturan pemilik lahan yang akan melakukan panen raya di Desa Silihasih, Kecamatan Pabedilan, Kabupaten Cirebon, Rabu (8/3). Beberapa kali dia menanyakan harga yang dibayarkan pembeli. Seolah tak percaya dia pun menanyakan ke Dirjen Holtikultura, Spudnik Sujono. Hero ingin memastikan jika yang disampaikan pemilik lahan itu tidak main-main. “Kok murah sekali, itu sih berarti harga per kilonya tidak sampai Rp 12 ribu, hanya Rp 11 ribu lebih saja. Berarti harganya lagi jatuh ya?” tanya Hero, begitu Herman Khaeron akrab disapa. Padahal menurut hitungannya, dengan luas lahan sekitar lima sampai enam hektare, terlalu murah jika hanya dihargai Rp 140 juta. Dia pun sempat menanyakan pada pemilik lahan apakah pembeli bawang tersebut melakukan sistem tebas, di mana bawang tersebut dibeli saat usia masih muda. “Ini bawangnya ditebas dari muda atau gimana? Ini terlalu murah kalau menurut saya. Harusnya bisa lebih dari ini,” imbuhnya. Namun, sang pemilik lahan pun mengatakan, jika memang saat ini harga bawang di tingkat petani sedang turun, meskipun dalam satu hektare bisa menghasilkan sekitar 14 ton. “Harganya memang segitu, itu bukan beli ditebas, tapi dibeli sama pengepulnya kemarin,” tutur sang pemilik lahan. Pada kesempatan tersebut, Hero pun meminta Bulog untuk turun tangan. Sebagai institusi yang ditunjuk Negara, wajib mangamankan dan memastikan petani jangan sampai merugi. “Mudah-mudahan Bulog bisa segera turun, petani kita dijaga, agar bisa menikmati jerih payahnya,” ungkapnya. Sementara itu, mantan Kuwu Silihasih, Suherman mengatakan, untuk ongkos awal saja, satu hektare lahan bawang membutuhkan modal sekitar Rp 120 juta. Uang tersebut digunakan dari mulai sewa lahan, beli bibit dan lain-lain. Sedangkan lahan pertanian di Desa Silihasih termasuk sawah tadah hujan yang waktu bertaninya masih mencocokkan dengan iklim dan cuaca. “Bawang kan dua bulan dan paling lama tiga bulan. Kalau musim kemarau ya gak bisa tanam. Setahun paling bisa panen tiga sampai empat kali, sisanya tidak bisa tanam karena tidak ada air. Ya mudah-mudahan nanti ada program bagus yang bisa menjaga petani dari kerugian,” pungkasnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: