Kreasi Dislitbangad, Mortir Dikendalikan Android, Bongkar Truk Jadi Amfibi

Kreasi Dislitbangad, Mortir Dikendalikan Android, Bongkar Truk Jadi Amfibi

JAKARTA - Indonesia memang tidak dalam kondisi perang. Namun, bukan berarti penelitian dan pengembangan alat utama sistem persenjataan (alutsista) berhenti. TNI AD misalnya. Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad) terus bekerja. Sejumlah alutsista mereka kembangkan. Di antaranya mekatronik mortir 81 milimeter serta kendaraan angkut darat dan air atau amfibi. Adalah Laboratorium Dislitbangad di Batujajar yang menjadi lokasi pengembangan mekatronik mortir 81 milimeter dan kendaraan angkut amfibi tersebut. Di bawah komando Letkol CPL Simon Petrus Kamlasi yang mejabat sebagai kepala laboratorium Dislitbangad, TNI AD mengembangkan kedua alutsista itu. “Kami mengubah truk menjadi kendaraan amfibi,” ungkap pria yang akrab dipanggil Simon itu. Mulai desain sampai eksekusi dilakukan oleh prajurit Dislitbangad. Mereka membongkar seluruh bagian truk kemudian merancang ulang kendaraan tersebut. Namun, tidak lagi dalam wujud yang sama. Melainkan sudah serupa kendaraan amfibi. Yang bisa digunakan di darat maupun di air. Pekerjaan itu menjadi salah satu prioritas Dislitbangd tahun ini. Dengan fasilitas dan keleluasaan yang diberikan oleh TNI AD, Simon optimistis pekerjaan tersebut segera tuntas. Soal mekatronik mortir 81 milimeter, Kepala Seksi Uji Senjata dan Amunisi Laboratorium Dislitbangad Mayor Inf Suratmoko menjelaskan, penelitian dan pengembangan mortir tersebut dilakukan bersama Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Setidaknya tiga tahun belakangan mereka konsentrasi membuat alutsista itu. Hasilnya amat memuaskan. Mortir yang semula dioperasikan manual bisa dibuat  ringkas. “Dikendalikan lewat sistem android,” ujarnya. Cukup dengan telepon genggam, prajurit TNI AD bisa meluncurkan mortir dengan jarak tembak lebih dari 6.800 meter. Mereka juga tidak perlu repot mengatur posisi untuk menentukan kordinat. Semua bisa dilakukan jarak jauh. Cukup tempatkan amunisi, dengan sentuhan jari mortir terlontar dan menghujam musuh. Melalui penelitian dan pengembangan tersebut, Dislitbangad juga mengurangi operator mortir. ”Cukup tiga orang saja,” kata Suratmoko. Meski sudah punya banyak keunggulan, mortir tersebut terus dikembangkan oleh Dislitbangad. Mereka ingin kendaraan taktis TNI AD dilengkapi mortir itu. Sehingga lebih efisien dan praktis ketika digunakan. ”Tahun depan sudah bisa dipasang di kendaraan taktis,” terang Suratmoko. Dia pun memastikan mekatronik mortir 81 milimeter itu bakal lulus uji dan disertifikasi. Sehingga dapat diproduksi secara masal oleh PT Pindad. Proses uji dan sertifikasi bisa lebih cepat lantaran Dislitbangad yang bertugas melakukan itu. Pelaksana Tugas Harian (Plh) Sekretaris Dislitbangad Kolonel Czi Gunawan Pakki menjelaskan, setiap alutsista yang digunakan oleh TNI AD wajib melalui uji yang dilakukan instansinya. Baik alutsista buatan perusahaan lokal maupun hasil kerja sama TNI AD dengan perusahaan luar negeri. “Layak atau tidak digunakan TNI AD itu diuji dan sertifikasi Dislitbangad,” jelasnya. (syn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: