Novel Disiram Air Keras, Sebab Terkait Perkara Ini?

Novel Disiram Air Keras, Sebab Terkait Perkara Ini?

JAKARTA - Tanda tanya besar tentang motif penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, belum terjawab. Namun, perbuatan keji itu santer dikaitkan dengan sederet pengusutan kasus-kasus besar korupsi yang dipimpin Novel. Yang terbaru, perkara kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) yang menyeret nama Ketua DPR Setya Novanto. Perbuatan keji yang dilakukan orang tidak dikenal itu disebut-sebut rentetan dari upaya pelemahan Novel. Pada akhir Maret lalu, adik sepupu Anies Baswedan tersebut nyaris hengkang dari KPK lantaran dianggap berlebihan memprotes pimpinan. Pimpinan KPK pun mengeluarkan surat peringatan (SP) 2 untuk Novel karena dinilai melakukan pelanggaran sedang. Protes Novel berkaitan dengan wacana rekrutmen penyidik yang diusulkan Direktur Penyidikan KPK Aris Budiman. Mantan perwira polisi itu menilai, rekrutmen yang meminta perwira tinggi (pati) Polri sebagai kepala satuan tugas (kasatgas) penyidikan di KPK tidak sesuai dengan prosedur. Novel yang juga ketua wadah pegawai (WP) KPK meragukan integritas pati rekrutan tersebut. SP2 itu dicabut pimpinan KPK setelah sejumlah mantan petinggi komisi antirasuah dan para tokoh menengahi permasalahan tersebut. Namun, situasi panas di internal pegawai belum mereda. Sebab, muncul gap antara penyidik atau pegawai di bawah komando Novel dengan karyawan lain yang pro dengan pimpinan. ”Pak Novel orangnya gigih,” ujar pegawai KPK kubu Novel yang tidak mau disebut namanya. Suasana kurang harmonis itu diperkeruh dengan saling intai antarpegawai. Menurut sumber itu, beberapa pegawai terutama penyidik mengawasi satu sama lain dengan menggunakan aplikasi backdoor. Perangkat lunak (software) yang biasa digunakan untuk meretas musuh dalam kegiatan intelijen itu ditanam di ponsel beberapa penyidik dan pegawai KPK. Dengan begitu, komunikasi dunia maya, khususnya media sosial (medsos) seperti WhatsApp, telegram dan Line, para pegawai bisa termonitor. Bahkan dapat pula dimanipulasi. Kondisi itu membuat para penyidik merasa kurang nyaman. \"Setiap percakapan bisa dilihat (pegawai yang meretas) dan bisa juga diubah sebelum diterima (ke lawan chatting medsos, red),” ujar sumber tersebut. Pelemahan terhadap Novel dan pegawai KPK juga sudah beberapa kali terjadi. Sebelumnya, Novel juga pernah diteror oknum tidak dikenal. Hal itu diungkapkan kakak kandung Novel, Taufik Baswedan. ”Dulu pernah ditabrak mobil, tapi yang kena penyidik lain. Kalau tidak salah saat di NTB (Nusa Tenggara Barat, red),” ujarnya saat ditemui di RS Mitra Keluarga Kepala Gading. Taufik mengungkapkan, beberapa minggu lalu Novel sebenarnya ditawari pengamanan oleh pihak Polri. Namun, Novel menolak lantaran merasa belum ada ancaman berarti saat itu. \"Dia (Novel, red) memang begitu, sering pulang sendirian (dari kerja) tanpa dikawal,\" terangnya. ”Dia (Novel, red) juga bilang sebenarnya sempat dibuntuti dua minggu terakhir,” beber pria kelahiran Semarang itu. Teror semacam itu sebenarnya menjadi makanan sehari-hari mayoritas pegawai KPK yang bertugas di lapangan. Saat memboyong terdakwa kasus korupsi ke pengadilan, misalnya, pegawai KPK tidak jarang mendapat ancaman dari pihak berperkara. Mulai dari intimidasi verbal, seperti gertakan, sampai teror fisik. ”Pernah ada yang mengancam mau membunuh,” ungkap pegawai KPK lain. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Wadah Pegawai (WP) KPK Aulia Posteria enggan memberikan komentar ketika dikonfirmasi tentang kabar keretakan pegawai KPK tersebut. Dia mengaku tidak mau berspekulasi dan memperkeruh suasana yang saat ini terjadi di internal KPK. ”Kami serahkan proses penanganan kasus ini (Novel) kepada Polri,” tuturnya kepada Jawa Pos (Radar Cirebon Group). Sementara itu, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian bakal berkoordinasi dengan ketua KPK Agus Rahardjo untuk pengawalan terhadap penyidik KPK. Tito yang kemarin melihat kondisi Novel di RS Mitra Keluarga menyerahkan kebijakan memberikan bantuan pengawalan itu ke pimpinan KPK. ”Saya minta dikawal, tapi semua saya serahkan kepada ketua KPK,” kata Tito. Tito menyatakan, untuk menindaklanjuti kasus penyiraman Novel, pihaknya sudah membentuk tim khusus gabungan dari Polda Metro Jaya yang didukung Mabes Polri. Tim itu nantinya yang memberikan pengamanan terhadap Novel selama menjalani perawatan di rumah sakit maupun di kediaman di Kelapa Gading. \"Mengenai hasil saat ini, tidak bisa disampaikan, nanti pelakunya mendengar,” jelasnya. Tito mengaku, sebetulnya Novel sempat menghubunginya sesaat setelah kejadian. Namun, telepon itu baru direspons setelah dirinya selesai mengaji usai salah Subuh. ”Dia (Novel) menyampaikan bahwa disiram air keras,” imbuh polisi bintang 4 tersebut. (tyo/byu/JPG)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: