Panglima TNI Ajak Santri dan Masyarakat Jaga NKRI

Panglima TNI Ajak Santri dan Masyarakat Jaga NKRI

  CIREBON - Sekitar 15 menit, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo berbicara di depan peziarah dan warga, usai tahlil di acara Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren, Sabtu (15/4). Tak henti-hentinya suara takbir dan tepuk tangan seluruh warga tatkala Gatot menceritakan kembali perjuangan ulama dan santri Buntet Pesantren dalam merebut kemerdekaan. Sambil berdiri di samping makam sesepuh Buntet Pesantren, Gatot menyampaikan terima kasih dan kebanggaannya karena diundang dalam acara Haul Buntet Pesantren. “Saya bangga bisa berdiri di samping makam pahlawan, para syuhada, santri dan ulama Buntet Pesantren,” ujarnya. Dikatakannya, sebelum TNI lahir, yang memimpin perjuangan untuk merebut kemerdekaan salah satunya adalah para santri dan ulama yang digelorakan di berbagai daerah. Pada awal-awal Indonesia merdeka, lanjutnya, ada satu peristiwa yang membuat peran ulama dan santri begitu penting, yakni saat berkobarnya pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Saat itu, TNI baru saja lahir pada 5 Oktober. Ada sentimen dari NICA yang saat itu membonceng sekutu yang tidak menghendaki Indonesia merdeka. “Presiden Soekarno kemudian meminta fatwa kepada KH Hasyim Asyari dan setelah itu dikeluarkanlah fatwa resolusi jihad, bahwa membela tanah air adalah jihad fisabilillah,” serunya yang kemudian disambut pekik takbir dan tepuk tangan para peziarah. Sebelum penyerangan yang digelorakan di Surabaya pada 10 November tersebut, para ulama dan santri serta segenap masyarakat yang akan melakukan penyerangan menunggu komando dari KH Hasyim Asyari sehari sebelum KH Abbas datang. Namun penyerangan urung dilakukan karena KH Hasyim mengisyaratkan untuk menunggu tokoh ulama dari Jawa Barat yang dijuluki Singa Jawa Barat, yakni KH Abbas bin Abdul Djamil. “Buntet punya peran besar. Tidak bisa dipungkiri, pertempuran 10 November di Surabaya, KH Hasyim Asyari memberikan tongkat komando untuk memimpin pertempuran,” tutur Gatot. Di akhir pembicaraan, Gatot meminta segenap masyarakat untuk bersama-sama mengingat kembali perjuangan pendahulu para santri dan ulama untuk mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga sebagai generasi penerus berkewajiban untuk meneruskan perjuangan para pendahulu guna menjaga warisannya. Dari pantauan Radar Cirebon (radarcirebon.com group), ribuan masyarakat tumpah ruah menghadiri acara puncak Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Pondok Buntet Pesantren. Sejumlah pejabat negara menyempatkan diri hadiri dalam rangkaian kegiatan haul tahunan tersebut, mulai dari Presiden Joko Widodo, sejumlah menteri, Panglima TNI dan jajarannya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: