Diguyur Hujan, Petani Garam Gagal Panen

Diguyur Hujan, Petani Garam Gagal Panen

CIREBON - Baru saja harapan meraup untung dari hasil panen garam, ratusan petani di Kabupaten Cirebon harus gigit jari setelah lahan garam yang sudah dirawat sekitar dua mingguan, tiba-tiba diguyur hujan deras semalaman. Kolam-kolam penampungan sulingan air laut yang dirawat petani pun, kini penuh air hujan. Para petani harus mulai dari awal kembali proses pembuatan garam. Dari pantuan Radar, Senin (29/5) kemarin, di lahan tambak seluas sekitar 300 hektare di Desa Rawaurip, hanya terlihat satu dua petani yang sedang memperbaiki saluran pembuangan dan berusaha mengeluarkan air hujan yang terperangkap di dalam kolam. Salim (45), salah satu petani garam  mengatakan, kini para petani harus memulai proses pembuatan garam dari awal kembali. Biaya yang sudah keluar selama proses produksi awal pun, terpaksa ditanggung menjadi kerugian. “Prosesnya dari awal lagi. Tapi kayaknya agak lama. Sekarang saja petani yang ke lahan garam tinggal sedikit, mereka menunggu cuaca normal, karena khawatir, percuma sudah keluar biaya ongkos produksi, di tengah proses malah turun hujan lagi,” ujarnya. Dikatakan Salim, untuk ongkos yang dikeluarkan oleh petani garam tidak sedikit. Selain mengeluarkan tenaga sendiri untuk menggarap lahan seluas satu hektare saja, harus dibantu oleh minimal satu buruh tani yang harus langsung dibayar ketika selesai bekerja. “Kita sudah keluar uang. Tidak besar, tapi untuk ukuran kita banyak juga. Buat bayar yang bantu-bantu garap lahan, dari mulai proses awal, sekarang begini ya otomatis rugi. Sudah begitu, kita modalnya dapat utang juga,” paparnya. Ia pun berharap ada pinjaman lunak dari pemerintah yang membantu petani garam melewati masa-masa sulit karena tidak bisa secara maksimal memproduksi garam. “Kita kan sudah sering utang sama pengepul selama proses produksi. Ya kalau bisa dari pemerintah juga ada perhatian, biar nanti kalau kita panen harga jualnya bisa tinggi. Tidak melulu harga dikuasai pengepul garam,” tambahnya. Sementara itu, Lugu Desa Rawaurip, Sabri mengatakan, lahan garam yang terendam air hujan, maka proses pembuatan garam dimulai dari awal lagi. Jika normal proses tersebut bisa ditempuh dalam waktu sekitar semingguan. “Tapi kalau sekarang lebih banyak mendungnya, otomatis bisa lebih lama dari saat normal. Panasnya jarang, lebih sering mendung,” paparnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: