Di Natuna, Armada CHeng Ho Cari Air Bersih dan Hindari Badai

Di Natuna, Armada CHeng Ho Cari Air Bersih dan Hindari Badai

Selain Malaka, Pulau Natuna tercatat sebagai depo logistik armada Cheng Ho. Meski dalam skala yang lebih kecil. Pulau di Laut China Selatan itu diandalkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan menghindari badai. ================= BANYAK catatan yang menyebut Pulau Natuna di Kepulauan Riau menjadi salah satu tempat persinggahan Cheng Ho. Tak heran bila banyak peninggalan sang laksamana di pulau ini dan perairan sekitarnya. Terutama berupa guci dan sejenisnya. Guci-guci antik itu hingga kini masih diburu. Seorang nelayan bernama La Andi mengaku pernah mendapatnya. Akhir Agustus 2013, dia menyelam di Pantai Tanjung, Ranai, Natuna. Lelaki berbadan kekar itu masuk ke dasar laut berkedalaman 10 meter. Di sela-sela karang, La Andi menemukan delapan guci berbahan keramik yang masih utuh, lengkap dengan penutupnya. Tak jauh dari guci itu, dia menemukan delapan botol wine (anggur). Isi botol masih utuh karena segel penutupnya tidak rusak sedikit pun. “Botol tak ada retak sama sekali,” ujar La Andi. Di botol tertera buatan Inggris tahun 1882. Guci dan anggur itu kemudian dibawanya ke rumah Bupati Natuna (kala itu) Ilyas Sabli. Di sana anggur Inggris tersebut sempat dicicipi, termasuk oleh Sekretaris Daerah (kala itu) Syamsurizon. “Rasanya panas di dada,” kata La Andi. Sepulang dari rumah bupati, La Andi diberi uang Rp20 juta. “(Keramik, red) itu untuk hiasan di rumah Pak Bupati,” katanya. Penemuan La Andi hanyalah satu di antara ribuan penemuan barang antik di Natuna. Sebagian barang yang ditemukan itu berhasil diselamatkan dan kini disimpan di Museum Sri Serindit, Ranai Darat, Kabupaten Natuna. Salah satu barang temuan yang masih terawat baik di museum tersebut adalah keramik peninggalan Cheng Ho. Diah Ayu Nugrahaini, pegawai Museum Sri Serindit, mengatakan bahwa penemuan benda-benda itu menunjukkan posisi penting Natuna dalam jalur pelayaran dunia. Kapal-kapal dari Tiongkok yang akan menuju barat seperti India, Arab, dan Eropa maupun sebaliknya akan singgah di Natuna untuk mengambil air dari sejumlah mata air di lereng Gunung Ranai. Pulau Natuna juga menjadi tempat persinggahan kapal saat menghindari badai. Kepala Museum Sri Serindit Zaharudin mengungkapkan, rombongan Cheng Ho singgah di Pulau Natuna pada abad ke-15. Dia turun dari kapal untuk mendapatkan perbekalan sebelum melanjutkan pelayaran ke Pulau Jawa. “Meski keberadaannya di Natuna tidak lama, Laksamana Cheng Ho sempat menelusuri Gunung Ranai,” kata Zaharudin. Ada beberapa alasan mengapa Cheng Ho mampir di Natuna. Di antaranya, pada abad ke-15 itu di Natuna sudah masuk ajaran Islam dari Samudra Pasai. Selain itu, pada abad ke-15 Laut China Selatan sedang tidak aman dari bajak laut yang dikenal ganas dan kanibal. Jejak Cheng Ho di Natuna yang tersisa berupa keramik yang ditemukan masyarakat pada 2006 di Desa Sungai Ulu dan Desa Tanjung pada 2008. Tim Pusat Penelitian Badan Arkeologi Nasional yang turun ke Natuna sejak 2011 memastikan bahwa keramik yang ditemukan warga adalah peninggalan Cheng Ho. Menurut Tim Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, keramik peninggalan Cheng Ho yang ditemukan di Natuna adalah barang koleksi rombongan sang laksamana. Bukan barang dagangan. Zaharudin menyatakan, saat ditemukan, barang-barang tersebut disimpan di dalam tempayan, ditutupi piring besar, dilingkari serpihan besi, serta terdapat penunjuk arah. “Mengapa ini disimpan? Karena ini adalah barang koleksi. Agar aman dari ancaman bajak laut yang ganas di abad ke-15,” ujarnya. ”Pada Dinasti Ming, perjalanan Cheng Ho bukan misi perdagangan. Keramik yang ditemukan mungkin dijadikan alat barter dengan perbekalan sebelum melanjutkan perjalanan ke Pulau Jawa,” kata Zaharudin. (*/c10/nw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: