Bisnis dari “Jembatan” Berjalan, Janud Raup Rp400 Ribu/Hari

Bisnis dari “Jembatan” Berjalan, Janud Raup Rp400 Ribu/Hari

CIREBON - Sekitar enam bulan lalu, Janud (42), warga Desa Kalirahayu, Kecamatan Losari yang sehari-hari berprofesi sebagai petani mulai galau. Penghasilannya dari bertani dari tahun ke tahun dirasa kurang untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Dia pun berkonsultasi dengan beberapa rekannya untuk mencari jenis usaha yang minim risiko namun tidak perlu mengeluarkan modal terlalu besar. “Saat itu saya cuma punya tabungan sekitar Rp20 juta. Bingung mau usaha apa dengan modal segitu. Mau bertani lagi, sudah lelah. Apalagi karena sering rugi dan sering gagal panen. Keahlian saya cuma bertani. Puluhan tahun saya jadi petani,” ujarnya saat ditemui di bantaran Sungai Cisanggarung, Losari, kemarin. Akhirnya, setelah berkonsultasi dengan beberapa rekan dan keluarga, akhirnya dia memutuskan untuk membuka jasa penyeberangan di Sungai Cisanggarung. Usaha yang sebenarnya bukan barang baru di daerah tersebut. “Sebelum saya sudah ada tujuh orang dengan usaha begini di sini. Cuma, mereka pakainya perahu biasa. Sama kaya perahu nelayan. Kekurangannya itu tidak nyaman, goncangan di perahu begitu terasa,” imbuhnya. Dia kemudian mendesain sendiri perahu yang nantinya akan digunakan sebagai jembatan penyeberangan. Jenisnya harus beda dengan perahu yang sudah ada dan yang terpenting harus aman dan nyaman. “Saya waktu itu terbayang kapal tongkang, bentuknya simple. Daya tampung banyak dan tahan goncangan. Akhirnya saya buat perahu dengan desain kapal tongkang mini atau kapal ponton,” paparnya. Masalah lain pun kemudian muncul. Dengan desain kapal yang diinginkan serta menggunakan bahan kayu pilihan, risikonya adalah biaya yang mahal. Terlebih, Janud juga harus membuat akses jalan untuk kendaraan roda dua agar bisa berdiri. “Akhirnya saya cari informasi. Beberapa teman saya datangi. Sampai akhirnya saya disarankan untuk mengambil pinjaman ke bank dengan menggadaikan sertifikat rumah. Saat itu saya dapat bantuan modal Rp50 juta dengan cicilan per tahunnya sekitar Rp1,5 juta. Mulai dari situ saya mulasi serius. Kapal pun segera dibuat dan sebulan kemudian langsung dioperasikan,” tegasnya. Keraguan pun sempat menggelayut. Dia ketar-ketir tidak bisa mengembalikan pinjaman ke bank dan rumah keluarganya disita. Namun, keraguan tersebut akhirnya perlahan terkikis setelah perahu dioperasikan. “Waktu buka pertama sepi. Sempat bingung juga. Baru minggu berikutnya mulai ramai. Mungkin karena informasi dari mulut ke mulut baru sampai,” jelasnya. Kini, dalam sehari, Janud bisa mengumpulkan uang Rp400 ribu. Bahkan saat momentum Lebaran kemarin, dia bisa mendapat uang sampai Rp900 ribu per hari. “Tarifnya untuk satu orang Rp1.000. Untuk kendaraan Rp2.000. Tapi kalau orangnya bawa motor, yang dibayar cuma motornya saja. Kapasitas kapal lumayan banyak, bisa muat sampai 25 orang dan 11 sepeda motor,” ungkapnya. Jembatan penyeberangan berjalan milik Janud tersebut menghubungkan Desa Kalirahayu, Losari Kabupaten Cirebon dengan Limbangan, Brebes Jawa Tengah. Dengan menaiki jembatan penyeberangan air tersebut, masyarakat bisa menghemat waktu dari 15 sampai 20 menit. Selain itu, kondisi infrastruktur yang kurang bagus membuat masyarakat malas untuk menempuh jalur darat yang memutar terlalu jauh. “Kalau ramainya itu pagi saat orang pergi ke pasar dan siang saat orang pulang dari pasar. Kebetulan di Limbangan, ada pasar sehingga lumayan ramai setiap harinya,” kata bapak lima anak tersebut. Kini, dengan usaha tersebut, dia bisa mengajak kerabatnya ikut bekerja dan menopang ekonomi keluarga. Dia pun kini tak perlu lagi berspanas-panas di lahan pertanian dan hanya cukup menarik seling baja untuk menyeberangkan warga dari satu sisi sungai ke seberang. (dri)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: