Air Waduk Setupatok Nyaris Habis, Sisanya Hanya Cukup sampai Bulan Depan
CIREBON - Para petani di wilayah Kecamatan Mundu, Astanajapura dan Greged, perlu waspada. Karena stok debit air di Waduk Setupatok Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, hanya cukup untuk mengairi satu bulan ke depan areal pertanian di wilayah tiga kecamatan tersebut. Hal itu dikatakan Nuryaman, petugas OP Waduk Setupatok saat ditemui Radar Cirebon. Menurutnya, saat ini debit air Bendungan Setupatok sekitar 8,6 juta meter kubik. Sementara debit normal Bendungan adalah sekitar 14 juta meter kubik. “Angka 8,6 juta itu belum termasuk sedimentasi, itu angka kotor,” ujarnya. Menurut Nuryaman, jumlah debit air tersebut hanya bisa mengairi areal pertanian sampai September 2017. Hal itu sesuai perencanaan, jika masuk Oktober, tidak ada lagi air yang keluar. “Jika debit air sudah 2 juta m2, maka sudah tidak bisa dikeluarkan lagi. Itu untuk keamanan waduk,” imbuhnya. Dia menyebutkan, dalam 14 hari terakhir, debit air Waduk Setupatok turun drastis. Pada awal Agustus, total debit air yang tersimpan saat itu sekitar 9 juta meter kubik. “Air yang kita alirkan ke saluran outlet itu sekitar 750 liter per detik,” tuturnya. Para petani seharusnya sudah melakukan perencanaan untuk menghadapi musim kemarau dengan menyusun dan menjadwal masa tanam. Jika hal tersebut sudah dilakukan, para petani tidak akan kesulitan dalam menghadapi musim kemarau. “Seharusnya diseragamkan dulu, kapan masa tanam. Ada koordiansi antara penyuluh, mantra air dan elemen lainnya untuk menetapkan masa tanam. Kalau sekarang kan belum berjalan dengan baik, ada yang baru tanam, ada yang mau panen,” paparnya. Sementara itu, Kasi Ekbang Kecamatan Mundu Ahmad Sukiman mengatakan, sudah mengimbau para petani untuk mematuhi aturan dan ketentuan, termasuk waktu masa tanam. Namun pelaksanaan di lapangan tidak sedikit petani yang mengabaikan imbauan tersebut. Sehingga berpotensi menurunkan produktivitas panen. “Imbauan sudah kita sampaikan. Namun memang kembali ke petaninya. Faktornya banyak, ada yang memang sengaja menunda masa tanam karena menunggu pesta adat, ini kan sebenarnya berakibat pada potensi menurunkan produktivitas. Bahkan bisa terancam gagal panen,” ungkapnya. (dri)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: