Kecewa PPNS Kemendag, Seribu Petani Ancam Kepung Istana

Kecewa PPNS Kemendag, Seribu Petani Ancam Kepung Istana

CIREBON- Penyegelan ribuan ton gula yang dilakukan oleh PPNS Kemendag RI di dua pabrik gula di Cirebon, membuat para petani geram. Mereka mengancam akan melakukan aksi perlawanan dengan mengepung Istana Presiden. Hal tersebut disampaikan Bendahara DPD APTRI Jawa Barat, Adang Priatna. Menurutnya, saat ini petani sedang dihadapakan pada posisi sulit. Terlebih dengan langkah yang dilakukan kementerian perdagangan yang menyegel gula petani. “Saat ini sedang kita rencanakan. Tidak ada jalan lain, Presiden harus turun langsung. Kalau Presiden tidak kunjung menyelesaikan persoalan ini, kita yang akan datang ke Jakarta, kita akan kepung istana,” ujarnya, kemarin. Dikatakan, tindakan yang dilakukan oleh kemendag tidak bisa diterima. “Kalau seperti ini, ada indikasi gula kita sengaja ditahan. Indikasi tidak layak itu kan bisa dilihat dari fisik dan bisa dirasakan melalui rasa. Ini kan disegel tanpa uji lab. Padahal gula kita baik-baik saja, ini yang sewenang-wenang. Dasar mereka hanya dugaan terindikasi, bukan temuan langsung atau laporan dari masyarakat,” imbuhnya. Penyegalan yang dilakukan oleh kemendag ini jelas sebuah pukulan berat untuk petani di tengah badai persoalan yang dihadapi oleh petani. Pemerintah dianggap tidak peka dan terkesan mencari-cari celah yang belum jelas sehingga tindakan tersebut begitu mempengaruhi psikologis petani. “Siapa yang tidak curiga bahwa di balik ini semua ada permainan? Siapa yang diuntungkan jika gula petani tidak keluar dan tertahan gara-gara penyegalan. Jelas yang untung pengusaha dan pemodal yang bermain di gula rafinasi,” tuturnya. Sementara Sekjen DPP APTRI Anwar Asmali mengatakan apa yang dilakukan kementerian perdagangan adalah wujud arogansi pemerintah terhadap rakyat kecil dalam hal ini petani tebu. “Sepengetahuan saya ada tiga gudang yang disegel, tiga-tiganya ada di lingkungan pabrik milik BUMN. Satu di PG Sindanglaut, PG Tersana Baru, dan terakhir di Jawa Timur. Ini wujud arogansi. Seharusnya kemendag tidak berlaku demikian di tengah kondisi petani yang saat ini sedang serba sulit,” protes Anwar Asmali. Padahal, sambungnya, sudah ada setitik harapan untuk petani bisa melanjutkan produksi gula dan menanam tebu. Beberapa hari lalu pihaknya dan perwakilan Bulog sudah bertemu. Hasil dari pembicaraan tersebut adalah Bulog siap membeli gula milik petani dengan harga Rp9.700 per kilo. ”Itu juga sudah sesuai SK Menteri Perdagangan bahwa seluruh gula petani dan milik pabrik gula bisa dibeli dengan Bulog dengan harga 9.700. Nanti para pengusaha dan investor akan langsung membeli ke Bulog, sehingga nanti di lapangan tidak ada gejolak harga dan diharapkan harganya tetap tidak lebih 12.500,” katanya. Untuk teknisnya, gula-gula petani tersebut tetap dibeli oleh Bulog Subdrive masing-masing wilayah.  Untuk Cirebon bisa langsung dibeli oleh Bulog Subdrive Cirebon. “Respons petani beragam. Ada yang setuju, dan ada yang kontra. Tapi minimal sekarang ada secercah harapan. Ada rasa tenang karena Bulog bersedia membeli gula petani. Bahwa puas atau tidak puas terhadap harga yang ditawarkan Bulog, itu relatif. Yang tidak puas silakan berjuang dan saya menunggu solusi yang ditawarkan,” ungkapnya. Harga gula sendiri memang mengacu ke harga atau biaya produksi. Untuk pabrik gula yang ada di Jawa Barat , proses produksi gula masih cenderung mahal karena masih menggunakan teknologi dan mesin yang sudah uzur. “Untuk Cirebon HPP atau perkiraan produksi per kilo gula itu sekitar 9.100, namun ada pabrik-pabrik yang sudah angka produksinya di bawah itu. Sehingga jika dibeli dengan harga 9.700 sudah untung. Kembali lagi ke masing-masing pabrik untuk biaya produksinya,” jelas Anwar. Terpisah, Wakil Ketua DPD APTRI Mae Azhar justru tak setuju dengan Anwar Asmali yang menyampaikan harga yang ditawarkan Bulog tersebut kepada khalayak. Dikatakan, pernyataan tersebut bisa merusak harga gula di tingkat petani. ”Harga 9.700 itu hitung-hitungannya bagaimana? Jelas kita menolak, apalagi itu disampaikan melalui media dan medsos. Seharusnya disampaikan di internal petani dulu. Harga sekarang bisa jatuh, petani yang rusak karena harus menanggung rugi. Terlebih saat ini akibat faktor cuaca banyak hasil panen petani yang di bawah standar,” katanya. Azhar pun memastikan bahwa para petani akan berangkat ke Jakarta untuk mengepung Istana Presiden. “Akhir Agustus kita berangkat. Dari Cirebon ada 1.000 petani. Kita kepung istana, minta Presiden turun tangan untuk membantu petani,” pungkasnya. (dri)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: