Petani Tolak Impor Garam Jilid Dua

Petani Tolak Impor Garam Jilid Dua

CIREBON – Petani garam selalu punya cerita setiap tahunnya. Mereka selalu sulit saat panen raya, di mana garam melimpah dan harga jatuh di pasaran. Tak terkecuali para petani di Desa Kalisari dan Ambulu, Kecamatan Losari. Mereka mengalami siklus tahunan akibat mulai serentaknya panen garam di sejumlah daerah. Namun, tahun ini konon lebih terasa sulit. Meski di awal kemarau tahun ini sempat menikmati manisnya harga garam tinggi, namun kali ini petani dihadapkan pada kenayataan sulitnya memasarkan garam rakyat hasil panen. “Luas lahan garam di Kalisari ini sekitar 850 hektare. Saat ini petani kecewa karena harga garam yang tiba-tiba jatuh. Terakhir sudah Rp700. Padahal bulan lalu masih Rp2.500-an,” ujar Rajudin, salah satu tokoh petani garam Losari saat ditemui Radar Cirebon. Menurutnya, saat ini ribuan warga Losari menggantungkan hidup di bisnis garam. Namun, kondisi saat ini ditambah kebijakan impor oleh pemerintah, membuat petani garam terjepit dan tidak punya opsi selain menjual cepat hasil produksi mereka. “Terlebih, informasi yang kami terima, akan ada impor tahap dua. Saya minta untuk impor tahap dua ini bisa dibatalkan. Jangan sampai terjadi. Terlebih, saat ini produksi petani garam sedang stabil dan bagus,” harapnya. Sementara itu, menangkap kegelisahan petani, sejumlah penggiat sosial dari Komunitas Atap Solid dan Sekolah Relawan berkunjung langsung ke sentra produksi garam rakyat di Desa Kalisari, kemarin (10/9). Dalam kesempatan tersebut, para penggiat sosial membagikan hadiah untuk petani garam berupa sembako, baju dan uang tunai.  “Ini sebagai wujud kepedulian terhadap para petani garam yang saat ini sedang kesulitan memasarkan garam,” ujar koordinator Atap Solidaritas, Diding Fahrudin. Jauh sebelum pemberian hadiah, pihaknya juga sudah menggandeng sejumlah investor untuk turut serta membeli garam petani dengan harga di atas pasaran. Hal itu dalam rangka membantu petani keluar dari himpitan mafia garam. “Kita sudah dua kali beli garam petani. Total sekitar 15 ton kita kirim ke Jakarta. Kita beli di atas harga pasar,” bebernya. Pihaknya akan terus gerilya ke daerah-daerah untuk mebantu para petani garam menghadapi masa-masa sulit. Diding berharap, kebijakan pemerintah selanjutnya bisa pro kepada petani dan masyarakat luas pada umumnya. (dri)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: