Sembilan Titik Rawan Banjir

Sembilan Titik Rawan Banjir

KESAMBI - Musim hujan tiba di Kota Cirebon. Dinas PUPESDM siaga dengan melakukan normalisasi drainase, sungai dan saluran air lainnya. Kepala DPUPESDM, DR Wahyo MPd menyebutkan, beberapa hal menjadi penyebab banjir di antaranya endapan lumpur di sungai, sampah di saluran, dan hal teknis lainnya. Banjir juga terjadi karena hujan deras disertai pasang air laut, dan saat bersamaan penampungan air di tempat rendah kondisinya memprihatinkan. “DPUPESDM berupaya mengutamakan normalisasi saluran dan sungai secara maksimal. Sebab, beberapa sungai utama di Kota Cirebon mengalami endapan. Bisa jadi endapan berupa tanah maupun sampah,” ujarnya kepada Radar di lokasi pengerukan sungai Jl Cipto MK, kemarin. Sesuai jargon DPUPESDM, lanjut Wahyo, menginginkan jalan tidak berlubang, saluran tidak tersumbat, dan perijinan tidak melanggar. Karena itu, dalam memenuhi saluran tidak tersumbat dan meminimalisir banjir, seluruh drainase, sungai dan gorong-gorong dibersihkan dengan alat berat seperti beko. “Semua harus dinormalisasi. Lima bulan lalu, kita menggunakan tenaga manual, sekarang pakai mesin agar betul-betul bisa normal,” terangnya. Jika sudah normal, sambung dia, diharapkan dapat meminimalisir banjir saat musim hujan tiba. Data DPUPESDM, ada sembilan titik rawan banjir. Di antaranya jalan Cipto, kawasan Cemplung, Perumnas, Sukasari, Petireman, dan Jl Pemuda. Banjir pada beberapa daerah tersebut, rata-rata akibat sungai yang meluap. Sungai-sungai yang rawan tersumbat yakni sungai Pane, sungai pasar Pagi, Sontong, Cipadung, Kesunean dan Kalijaga. “Antara laju menormalisasi dengan sedimentasi, lebih laju endapannya. Jadi mudah banjir,” tuturnya. Kepala Bidang SDA DPUPESDM, Alan Sulaeman ST menambahkan, normalisasi sudah sering dilakukan selama triwulan satu. “Sebetulnya, endapan gulma yang bertumpuk itu masih baru. Hanya saja, menjelang musim hujan ini, normalisasi lebih ditingkatkan secara rutin. Alan menjelaskan, pihaknya hanya melakukan pengerukan dan normalisasi pada botol konek saja. Artinya, pengerukan dan normalisasi dilakukan pada tempat gulma berkumpul secara besar. Bertujuan agar penyumbatan pada botol konek dapat teratasi dan air mengalir. Botol konek utama ada di depan Bappeda sampai SMKN 2 Cirebon (keduanya masih di Jl Cipto). Secara keseluruhan di Kota Cirebon, lanjut Alan, botol konek mencapai 1,5 km untuk titik utama. Dimana gulma (lumpur dan lain-lain) endapan paling banyak di Kota Cirebon berada pada titik-titik botol konek. “Februari dan Maret kemarin, kami sudah melakukan pengurasan. Tapi sekarang banyak lagi. Laut menjadi kunci mengatasi banjir selain melakukan normalisasi,” bebernya. (ysf)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: