Ibu dan Anak Tertimbun Longsor
Korban Banjir Ngungsi di Masjid BANDUNG- Petugas gabungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, Kabupaten Bandung, TNI dan Polri masih terus melakukan pencarian korban longsor Rostiani (30), dan Tresna Asih Siti (9) ibu dan anak yang dikabarkan hilang terurug longsoran galian pasir pada Minggu (18/11) malam sekitar pukul 20.00. Selain empat bangunan yang berada di sekitar tebing galian pasir, longsoran tebing juga mengakibatkan akses jalan penghubung Soreang-Ciwidey terputus. Hingga kemarin, petugas masih terus melakukan pengerukan longsoran tanah yang menutupi badan jalan penghubung tersebut. \"Alat berat digunakan agar jalan terbuka dulu sekaligus mencari korban hilang yang tertimbun,\" ujar Kepala BPBD Jawa Barat Ujwalprana Sigit ditemui di lokasi kejadian, Senin (19/11). Sigit mengatakan, longsoran tanah yang menutupi badan jalan berasal dari bukit di kawasan Sungapan dan panjang longsorannya menutup jalan sekitar 100 meter. \"Kita harap tidak terjadi hujan saat pencarian. Kalau hujan akan sulit melakukan pencarian,\" harapnya. Kemarin, arus lalu lintas untuk kendaraan roda dua dari arah Ciwidey menuju Soreang maupun sebaliknya dialihkan ke jembatan bekas rel kereta api berada di samping lokasi longsor. Bupati Bandung Dadang M Naser mengatakan, galian pasir penyebab longsor merupakan galian pasir ilegal. \"Iya itu ilegal. Kami sudah mengingatkan bahkan kami sudah menutupnya untuk tidak beroprasi lagi. Namun tetap saja beroprasi secara diam-diam,\" katanya. Sementara itu, ratusan warga Kampung Ciseah, Desa Pameuntasan, Kecamatan Kutawaringin, Kabupaten Bandung korban banjir bandang pada Minggu (18/11) terpaksa mengungsi ke daerah terdekat. Warga juga kehilangan harta benda mereka termasuk hewan ternak yang hilang terseret banjir. \"Alhamdulillah tidak ada korban jiwa. Tetapi harta benda dan hewan ternak warga semuanya tidak ada yang bisa diselamatkan,\" ujar Dadang (35), salah seorang warga yang juga aktivis lingkungan di Ciseah, kemarin. Menurut Dadang, dirinya bersama ratusan warga lainnya terpaksa tinggal di sebuah masjid yang tak jauh dari lokasi banjir. \"Hampir semua warga mengungsi,\" ucapnya. Selain merendam rumah, banjir dengan ketinggian air sekitar 1,5 meter ini juga sempat memutuskan akses jalan antara Desa Cilampeni Kecamatan Katapang dengan Desa Pamentasan, Kecamatan Kutawaringin. Pantauan di lapangan, meski air sudah surut, namun ratusan warga masih menempati pengungsian di salah satu masjid. Mereka enggan kembali ke rumah masing-masing karena takut banjir bandang kembali datang. Kapolres Bandung, AKBP Sandi Nugroho mengatakan, jasad kakek dan bocah yang tewas terbawa arus banjir sudah ditemukan. Kakek tanpa identitas ditemukan di daerah Kampung Bojongasih dengan penuh luka. \"Kakek tersebut korban banjir di Baleendah, dan ditemukan di Bojongasih dengan kondisi penuh luka,\" kata Sandi di lokasi kejadian, Senin (19/11). Menurut dia, luka-luka di tubuh kakek karena terseret arus. \"Iya, kita belum tahu, karena penemuan baru tadi,\" ungkapnya. Selain seorang kakek yang terbawa arus, dia juga mendapat laporan beberapa mobil yang ikut terbawa arus. Beberapa mobil yang terbawa arus diakibatkan jebolnya Jembatan Citaliktik, Kabupaten Bandung. Banjir banding tersebut mengepung beberapa titik di Desa Kamasan Kidul, Kecamatan Banjaran, kompleks Cingcin Permata Indah, Polres Bandung, Kampung Citaliktik, Kecamatan Soreang, Warung Lobak, Kecamatan Katapang, serta Desa Kopo, Kecamatan Kutawaringin dan longsor di Jalan Soreang-Ciwidey. Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, telah memberikan bantuan terhadap korban banjir bandang tersebut. \"Kami sudah kirimkan logistik ke daerah titik-titk yang terkena banjir bandang tersebut. Selimut, beras 12 ton, lauk pauk dan segala macam termasuk dana ada sebesar Rp100 juta untuk dana keperluan,\" pungkasnya. (try)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: